Sunday, October 29, 2006

Nuansa Perdana Musim Penghujan 2006


Ini juga percobaan perdanaku menambahkan sebuah gambar ke dalam entri jurnal. Sekuntum mawar yang masih kuncup jatuh di atas jalan yang basah oleh air hujan. Mawarnya sendiri juga diselimuti titik-titik air. Aku tidak berhasil menemukan gambar bunga lainnya. Aku tidak begitu suka mawar. Melati lebih baik, atau bunga-bunga lain yang lebih bersahaja. Mawar terkesan terlalu mewah. I like woman better than lady.

Hari ini, sepanjang hari di Depok, matahari jarang sekali terlihat. Kalaupun ada tidak seperkasa hari-hari kemarin, ketika ia dengan sekuat tenaga membakar udara siang dan memaksa bumi menyimpan panasnya sampai lewat tengah malam. Inilah musim penghujan, telah datang di Depok. Segala puji hanya bagiNya Pengayom Alam. Sungguh hebat prihatinnya kawan-kawan rumput dan tetumbuhan lainnya. Seringkali tanpa keteduhan menghadapi teriknya sinar matahari, perlahan tapi pasti merelakan kehidupannya bagian demi bagian. Kering hingga mati, tapi tidak semuanya.

Ketika air hujan mulai membahasi tanah yang rengkah, kehidupan sedikit demi sedikit kembali. Seperti itulah konon kebangkitan. Suatu rahasiaNya yang Agung. Mengapa takut mati? Harus! Karena prihatinku tak mungkin sehebat kawan-kawan rumput dan tetumbuhan. Tak mungkin sepenuhnya pasrah bersandar hanya kepadaNya, kecuali berusaha keras. Itu pun sebagian dari rahasiaNya yang Agung. Maha Suci Allah dari segala yang disifatkan kepadaNya. Hanya Ia yang bisa memuji diriNya.

Jasadku, diriku, ya Maha Mulia, dengan dorongan-dorongan rendahnya... Sungguh tanpaMu mana kuasa hamba menghadapi mereka. Belum lagi dengan bantuan musuh kami yang nyata, yang telah berputus asa dari belas kasihMu. Bagaimana bisa? Akankah hamba mengetahuinya dalam hidup ini? Sungguh terlalu sempit dada hamba dihimpit oleh mereka. Hati hamba semakin buram diterpa jelaga, setiap kali diseka pada saat itu juga kembali berjelaga. Sungguh, bukan dosa kecil namanya apabila terus-menerus diulang-ulang.

Akankah dibukakan bagi hamba taubat yang sempurna? Ataukah semata karena kebodohan hamba, menyalahkan jasad dan diri hamba? Bukankah musuh tak mungkin menggedor hati yang dijaga oleh keikhlasan? Bilakah Engkau menjelangkan pengetahuan tentangnya bagi hamba? Akankah dalam hidup hamba ini? Ya Maha Pengampun, yang ampunanNya mendahului murkaNya, hanya ampunanMu yang hamba harapkan. Ampunan yang sempurna berupa taubat yang sempurna.

No comments: