Friday, October 27, 2006

Iyama-iyama Mamahe Bus


Kemarin Pak Richard dan istrinya, Ibu Dian, menjemput Bus dari rumah Yado, mau dibawa ke rumahnya di Ampera. Memang benar. Semakin besar, semakin sayang, semakin sulit melupakan bila hilang. Aku pernah beberapa kali kehilangan, Joko Tole misalnya, tapi biasa saja - sampai hari ini aku masih bersikeras bahwa Joko Tole itu mirip Pong Kecipong-cipong. Apakah ini karena aku menyaksikannya pergi, dan aku melepaskannya dari tanganku sendiri kepada Ibu Dian?

Yah, lagipula apa sih yang kekal selama berada di dunia ini? Insya Allah, kalau aku mengikhlaskan Bus pergi semata-mata demi menyenangkan-Nya, Allah akan mengganti dengan yang jauh lebih baik nanti di sana. Semoga Allah melatih hamba untuk tidak bergantung kepada dunia... Suatu permohonan yang berat, mampukah hamba memikulnya? Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu telah menetapkan ukuran.

Hamba sungguh sedih dengan keadaan di rumah Yado. Bapak dan Ibu sama-sama setres, tetapi mereka kan tidak harus membuat satu sama lain bertambah setres. Dan aku tidak mungkin lebih yakin lagi bahwa Engkau telah mengambil-alih semuanya. Sungguh telah ditunjukkan kepada hamba bahwa tiada daya dan upaya kecuali denganMu, karena toh memang tidak ada lagi yang hamba bisa lakukan. Demi menghindari kebo nyusu gudel hamba terus berdiam diri saja sambil merintih kepadaMu.

Namun demikian, Insya Allah, tiada putus hamba berharap agar segala sesuatunya akan kembali baik-baik saja, terutama pada hari-hari dari tahun-tahun terakhir sebelum mereka Engkau timbali untuk kondur... tiada putus hamba berharap, Semoga. Kecuali bahwa dunia ini adalah tempat untuk menyemai dan menanam benih-benih perbuatan patuh dan baik, maka sisanya tiada guna bahkan membahayakan. Hamba berlindung pada Engkau dari kejahatan dunia dan kejahatan diri hamba, dan hamba memohonkan perlindungan yang sama bagi mereka yang hamba sayangi, semua muslim dan semua orang beriman.

Hari ini aku di kampus, mungkin hari-hari terakhirnya LKHT dengan cublicles-nya yang jaya. Mengenai hal ini, sungguh aku lebih-lebih tidak tahu lagi. Seakan segala harapanku diselimuti kabut tebal yang benar-benar membuatku enggan bahkan untuk mengulurkan tanganku ke arahnya. Hamba hanya berharap mampu menjalani dengan sebaik-baiknya jalan yang dengan ketentuanMu telah Engkau bentangkan bagi hamba.

Hari Jumat tanggal 4 Syawal 1427H menurut Pemerintah RI, hari Jumat pertama dalam bulan Syawal ini. Setelah Ramadhan berlalu, maka ada lagi yang kutunggu dengan harap-harap cemas - harapan semoga meningkat mutu penghambaanku kepadaNya... Musim hujan! Adakah akan meningkat penghambaanku? Fastabiqul Khairat!

No comments: