Saturday, March 12, 2022

Cinta Menggigit Seperti Alien Aquarium Sinting


Apa pantas suatu Sabtu pagi yang cerah dimulai dengan segelas teh jahe kunyit bersimbah madu jahe merah mentol. Tidak juga, ketika sebelumnya sudah didahului dengan seporsi nasi berlauk ayam bulgogi, lengkap dengan tumis kacang polong dan sayur-mayur, masih ada pula begedil kentang. Ketika mencukupi kembali gorengan karena diambil anak perempuan, sempat bingung: harus beli apa di Indomaret, agar dapat tarik tunai, lalu ke Ucok membeli ABC Kopi Susu. Begitu sampai Indomaret baru terpikir, ya beli ABC Kopi Susu hahaha. Hah, sudah kupentokkan saja. Peduli apa rata kanan kiri!

Apa pantas Presiden Joko Widodo disandingkan dengan tanaman seperti falus begitu
Sabtu pagi yang cerah begini seharusnya aku pergi menjenguk Pak Bakti bersama dengan Keluarga Hukum Adat FHUI selebihnya. Namun sudah sejak Kamis badanku tiada begitu endang. Semoga hari ini sudah bambang. Suasana hati yang ceria di pagi hari memang seperti itu. Terkadang diisi senandung, terkadang rampaknya perkusi tradisional; yang belakangan ini sering membuatku merasa harus minta ampun pada Sang Maha Pemberi suasana hati yang ceria. Apakah tepat tindakanku memulai Sabtu pagi yang ceria begini dengan mengetiki, seraya telanjang dada karena kepala pun basah berkeringat begini.

Lantas kurasi, hahaha Sandoro, Togar, kalian jangan bermimpi. Mana ada jaman sekarang pembaca. Jangankan buku, membaca apapun tidak. Bahkan Sopuyan yang propesor begitu aku tidak yakin dia membaca. Bukan membaca bagiku jika tujuannya untuk main kiu-kiu. Membaca itu berbincang-bincang, bertukar-pikiran dengan penulisnya. Itulah maka Al-Qur'an tidak bisa dibaca. Al-Quran itu dirapal, dilantunkan sambil mengharap belas-kasihan kepada Yang Memfirmankan. Ah, sudahlah. Aku kebanyakan ngomyang. Aku membaca tidak, apalagi merapal, melantunkan, mengharap belas-kasihan.

Aku ingin kopi susu! Apa susu kambing etawa dengan kurma dapat menggantikannya. Mengapa Tante Lien lebih suka tinggal dekat Tante Ida. Adakah ia akan kembali ke sini suatu hari nanti, adalah berbagai hal yang mengaduk-aduk isi kepalaku. Meski begitu, tetap aku mengeraskan hati. Hari ini juga, setelah mengitiki, aku harus segera berjuang. Terug naar het front. Itu adalah Pertempuran Tonjolan yang sama, yang di Hits itu, dengan yang dalam cakram keras eksternalku. Begitu saja aku kembali ke sejuk dinginnya persekitaran Maastricht Centrum. Jika memang rejeki, apa hendak dikata.

Asuwer, asu dikewer-kewer, bagiku, kamu sangat cantik. Meski, tentu saja, aku akan berkata, apalah artinya cantik jika tidak segera berjuang, mengetik. Kurasa aku terobsesi, pada apa. Farid berkata ini terlalu cepat, kehilanganku pada ide-ide mengenai makanan enak. Untung aku bukan Nex Carlos yang mencari uang dari makan. Nex sudah berhasil membuatkan ibunya sebuah rumah bertingkat-tingkat gara-gara makan-makannya itu. Aku belum berhasil membuatkan siapapun apapun dari makan-makanku. Sepertinya benar-benar akan kuseduh entah susu kambing etawa dengan kurma atau jahe merah.

Debu bintang, aduhai, sungguh indah di atap asbes memandangi langit senja Kota Tangerang, sedang dikejauhan suara mesin pabrik menggeram. Apapun yang mencuat ketika itu pasti sungguh menggairahkan, ketika testosteron baru saja diproduksi, berlebihan bahkan. Pada saat itu, meski tentu saja tetap elek-elekan, aku berjuang. Ketika rambutku masih bisa ngetril kalau lama tidak dicukur, aku berjuang. Kini pun, setelah botak gendut sakit-sakitan, aku masih berjuang. Jadi ya memang tidak di sini. Di sini ini tempatnya berjuang. Berleha-leha bukan di sini tempatnya, apalagi sambil mainan beha.

Bisa juga di kosan entah apa, di pengkolan ke arah Kelapa Dua, yang pernah digrebeg polisi mencari narkoba. Dari situ pindah ke tempat Babe Tafran, masa-masa itu, baik ketika masih merokok atau sudah insap. Ketika masih kuat mengukur Margonda dari ujung ke ujung, bahkan dari Raya Bogor sampai kampus hanya bermodalkan mijon. Pernah juga berbincang mengenai kopi Lampung sedang tiada terjadi apa-apa, kecuali cerita mengenai kecemburuan seorang istri karena suaminya menggunakan jasa temannya. Harusnya kamu bayar aku karena suamimu telah memakaiku. Gusti mohon ampun, dunia ini.

No comments: