Monday, September 06, 2021

Ah, Orang Asing Bukan Lelaki Misterius. Itu Aku


"Akan 'Kubuat Kau Puas Terus," begitu 'kukatakan. Aku bahkan kini tidak pede lagi menggunakan tanda-tanda baca. Setiap kali 'kubuat singkatan dari Angkutan Sungai, Danau, dan Ferairan, tadinya 'kupikir aku merasa geli. Ternyata tidak, demi mengingat betapa aku bukan siapa-siapa di mana pun 'kuberada, kecuali anak Bapak Ibu. Itulah mungkin yang membuatku tidak percaya pada embel-embel apapun. Semata karena aku tidak pernah punya. Bagaimana sampai 'kuberpikir aku ini semacam oye, padahal keple sataek. Sekarang ditambah satu: Aku kesayangan Cantik.


Apapun itu, tadi malam, sepanjang malam, aku tidak bisa tidur. Seperti biasa Cantik mengatakan aku ngorok. Mungkin iya, tapi sebentar-sebentar. Kalau ini bukan tempat meratap-ratap, lalu ini tempat apa, yang sekarang tanpa tanda tanya ini. Memang Bos Tikus ini agak 'maksa. Mungkin sepintas kilas benar agak terdengar seperti John, tapi jika didengar lekat-lekat ya seperti itu: Bos Tikus. Ini dahulu punya Oom Alvaro Julian. Sempat 'kudengarkan di suatu sore hari, di tempat Aryo dan Sodjo suka berbaring-baring sekarang. Tentu sudah dikembalikan Bapak.

Ujung Lidahku kuganti dengan ujung jari-jari tanganku. Memang tidak sepuluh-sepuluhnya benar. Tidak mengapa, yang penting tetap rampak; dan terkadang aku pun tidak perlu melihat ke papan-kunci. Mataku lurus menatap layar di mana makna-makna terus saja berserak, sedang huruf-huruf dan tanda-tanda baca teratur rapi. Aku biasa menguatirkan kata-kata jamak. Di sini, aku tidak kuatir apapun. Pendengaranku, seperti biasa, terpusat pada dentam-dentaman bass. Seperti Para Pemimpi, tafsir Bos Tikus ini jelas kalah oh yeah dibandingkan rendisi asli John dan Paul.

Ini Untukmu, dapat 'kupahami mengapa Brian tidak pernah memproduksi dan merilisnya. Ini khas eksperimentasi John yang entah mengapa suka sekali ketukan tiga perempat, bahkan enam perdelapan. Nah, kalau Masuklah Cinta ini tidak bisa lain pasti kerjaan Paul. Apapun itu, yang menjengkelkan, mengapa aku harus mempedulikan ini semua. Apa karena tidurku tidak benar tadi malam, sehingga aku merasa belum pas untuk mengerjakan apa yang harus 'kukerjakan. Benar belaka apa kata Bang Andri. Tantangan terbesarnya kebosanan. Itu-itu melulu bertahun-tahun.

Seperti itulah tak terkecuali, setiap kali terdenyut hasrat untuk berkarya, yang 'kubuka malah goblog ini. Aduhai begini benar. Sungguh, kalaupun pernah 'kumerasa lebih hebat dari Sopiwan, aku sudah lupa. Segala sesuatu mengenai diriku destruktif, bahkan suisidal, entah ada atau tidak kata ini dalam bahasa Indonesia. Kadang aku jengkel dengan transpos nada dasar yang rasanya tidak perlu. Nah, musik selalu saja masalah rasa, dan aku sadar sepenuhnya rasaku bukan yang paling halus dalam urusan ini. Uah, sangat bisa jadi aku tidak ada apa-apanya dibanding Mas Soeko.

Berapa banyak yang segera tahu kalau ini adalah Tanah yang Mengagumkan. Berapa banyak ibu yang seperti Ibuku. Berapa banyak bapak yang seperti Bapakku. Mengapa gaya-gaya'an sok mau menepati janji segala. Mengapa tidak sekadar menyebutnya berkarya, atau sudah kerjakan saja tanpa banyak teori. Ah, inilah aku di Tanah yang Mengagumkan ini, karena Ibu dan Bapakku, sedang orang bertepuk tangan riuh dan Pakde Hank berterima kasih karenanya. Berapa banyak yang segera tahu kalau ini adalah 'De Hank atau bahkan Stratocasternya.

Aduhai urusan justifikasi ini benar-benar membuat edan, terlebih di bawah kerukup mendung yang tak kunjung mencurah jadi hujan. Lebih baik begini, meski hampir dapat dipastikan di Amsterdam aku selalu merasa sejuk, sampai harus berpakaian dua lapis. Apalah artinya sejuk udara jika hati dicekam sepi. Di sini, Cantik selalu beberapa langkah saja jauhnya. Mereka tidak selalu mempedulikanku, tapi cukuplah bagiku perasaan ada mereka di sekeliling, entah-entah yang mereka kerjakan. Tidakkah kau hendak menunjukkan betapa kau peduli padaku. Ini lagi!

No comments: