Saturday, September 10, 2011

Indahnya Kebersamaan Paradua


Indahnya kebersamaan Paradua? Aku hampir-hampir tidak percaya kalau aku sendiri yang menuliskan kata-kata itu. Lebih tidak percaya lagi jika aku sampai menggunakannya untuk menjadi judul entri. Aku menulis entri ini ditemani album Back to Front-nya Lionel Richie. Album yang sangat berkesan bagiku, karena ia sering sekali kudengarkan dalam tahun-tahun penuh kepongahan yang, tanpa kusadari, ternyata merupakan tahun-tahun 'kumenghancurkan diriku sendiri... dan orang-orang di sekitarku, orang-orang yang kusayangi...

Kata-kata "indahnya kebersamaan" kuambil dari Heri Dian Dwi Harto, seorang hebat. Bahkan sejak dulu ia sudah dipanggil Babe, seingatku. Sungguh, dahulu ia adalah seorang pemuda belasan tahun yang sangat bijaksana. Kini, ia menjadi seseorang yang, Insya Allah, jauh lebih bijaksana lagi. Kata "paradua" kuambil dari Goklas Tunggul Partoho Sirait, seorang yang tak kalah hebatnya. Seseorang dengan integritas dan kejernihan berpikir yang luar biasa. Belum lagi keuletan dan etos kerjanya. Habis nanti kata-kataku mencoba melukiskan kehebatan seorang Goklas.

Aku menulis ini sepulang dari menghadiri acara Halal bi Halal dengan teman-teman alumni angkatan ke-2 Taruna Nusantara, diadakan di Kedai Kopi Phoenam, Kebon Sirih, 9 September 2011. Alhamdulillah, hamba mengucap syukur atas perasaan nyaman yang hamba rasakan setelah menghadiri acara tersebut. Alhamdulillah. Benar kata Sandy Maulana Prakasa, aku merasa senang setelah menghadiri acara itu, dan aku, terlebih lagi, merasa sangat senang dan bersyukur telah menghadiri acara itu. Sandy Maulana Prakasa... aku sudah memberitahumu apa yang kuingat mengenaimu ketika kita masih sama-sama di Graha 3 dahulu. Biar kutambah satu lagi. Seingatku, kamu adalah salah satu penghuni graha yang rajin shalat. Selebihnya, seperti halnya semua saudaraku lulusan Taruna Nusantara (Alhamdulillah)... kalian HEBAT!

Seperti ini jugakah perasaan lulusan AMN mengenai kawan-kawannya sesama lulusan AMN? Begitu jugakah dengan alumni ITB? Begitukah, seperti yang dikatakan Wicahyo Ratomo, semua yang pernah merasakan kebersamaan? Wicahyo Ratomo, aku tidak pernah sekelas denganmu. Namun, siapakah, bahkan di antara kawan-kawan seangkatan, yang meragukan kehebatanmu? Harus kuakui, dengan menundukkan hati dan kepala sedalam-dalamnya, aku memang ekstrim. Entah apa yang ada dalam hatiku, kedengkian, atau sekadar ketidakdewasaan. Aku curiga pada kalian, saudara-saudaraku sendiri. Aku curiga kalian akan menjadi kelompok elitis dan eksklusif, yang dengan kemampuan kalian yang jauh di atas rata-rata saudara sebangsa, berambisi untuk berkuasa, atas seluruh bangsa dan negara ini, yang pada akhirnya hanya akan membawa bencana bagi semua... seperti yang sedang kita saksikan kini!

Buat apa aku berpikir seperti itu? Apa untungnya bagiku? Apa manfaatnya bagi orang lain? Tidak ada! Mengapa tidak kudoakan saja orang-orang hebat ini, saudara-saudaraku sendiri? Mengapa tidak berbaik-sangka saja aku pada mereka, saudara-saudaraku ini? Mereka, seperti kata Sandy, adalah saudara-saudaraku. Kami pernah lebih dekat satu sama lain, mungkin lebih daripada dengan semua orang lainnya. Sangkaan baik ini sungguh menyamankan hati, sampai-sampai aku yakin pada ketulusan doaku malam ini, meski aku belum shalat Isya'. Saudara-saudaraku, kalian berhak atas sangkaan-baikku. Kalian berhak atas doa tulusku.

Allah Illahi Rabbi, hamba mohon ampun atas segala dosa dan kedurhakaan hamba. Sungguh engkau Maha Pengasih dan Penyayang. Maha Pengampun, yang AmpunanNya mendahului MurkaNya. Hamba mohon kepada Engkau Pengayom alam ciptaan, bimbinglah saudara-saudara hamba ini, lulusan Taruna Nusantara, terutama yang pernah berbagi suka-duka bersama hamba. Hamba mohon kepadaMu yang Perkasa namun Pengiba, Sebaik-baiknya Majikan, Sebaik-baiknya Penguasa, Sebaik-baiknya Penolong, Pelindung, tolonglah kami, kasihanilah kami, tuntunlah kami tetap pada jalanMu. Perbesarlah manfaat kami pada persekitaran (galang potensi kekuatan) dan perkecillah kerusakan yang kami akibatkan (redam segala kelemahan). Segala puji hanya padaMu, Rabb. Shalawat dan salam semoga senantiasa atas kekasihMu Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam.

Kawan-kawanku, saudara-saudaraku, tak semua nama kalian kusebut di sini. Maafkan aku. Namun kata-kataku memang tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan kehebatan kalian, apalagi masing-masing. Kalian hebat! Aku memohon kepada Allah agar aku bisa menjadi sehebat kalian, sebijaksana kalian, seulet kalian... Maafkan aku. Maafkan kata-kataku yang kurang pantas. Maafkan perbuatan-perbuatanku yang pandir dan tidak panjang-pikir. Maafkan aku telah mengecewakan kalian. Maafkan aku. Aku memohon kepada Allah, malam ini, semoga aku bisa menjadi sehebat kalian, namun sebelumnya... maafkan aku.

Adikku Haryo Budi Rahmadi, semoga Allah menolongmu, membimbingmu, melindungimu. Semua doa dan harapan baikku untukmu, sebanyak harapan Bapak Ibu atasmu dan atas kita anak-anak laki-laki mereka, dan berlipat-lipat lagi. Semua doa dan harapan baik yang tidak kuketahui. Semua kebaikan yang berada dalam Khazanah Pengetahuan Allah Maha Tahu, kumohonkan untukmu dan untuk adik-adik perempuan kita, juga untuk keluarga-keluarga kalian. Maafkan aku telah menjadi teladan buruk. Maafkan kata-kata dan perbuatanku yang menyakiti hati kalian, adik-adikku.

Allah Illahi Rabbi, sayangilah kedua orangtuaku, seperti mereka telah menyayangiku sejak kecil.

Fastabiqul Khairat ...demi jaya Indonesia. Insya Allah.

No comments: