Thursday, September 09, 2010

Malam Takbiran Malah Menulis Entri


Ini malah lebih parah! Tidak ada isinya sama-sekali, hanya judulnya. Hahaha... tapi kurasa aku bisa membayangkan perasaanku pada saat itu. Seingatku, aku sendirian menghadapi meja ini, sementara takbir menggema bersahut-sahutan di luar sana. Seingatku, malam itu agak dingin. Yang lebih penting lagi, saat itu aku pasti sedang kusut karena tidak maju-maju juga menerjemahkan hak asasi manusia dan kepemerintahan yang baik. Tahukah kamu bahwa benda itu kuselesaikan baru-baru ini saja, yang berarti tiga bulan lebih, karena judul kosong ini baru kuiisi pada hari terakhir 2010? Hahaha... tidak seberapa lucu, sih. Yang lucu justru kenapa hari ini aku semangat sekali menulisimu. Dengan ini sudah tiga entri. Baru saja aku dapat sms dari Smart, begini bunyinya: Jangan takut untuk mengambil satu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda tak akan bisa melompati jurang dengan dua lompatan kecil (David Lloyd George). Hahaha... boleh juga! Aku heran kenapa orang menyukai kata-kata mutiara. Ngomong-ngomong ada engga ya yang menyukai kata-kata mutiara yang kutuliskan di situsweb Pusaka? Apa aku harus menyediakan fasilitas forum? Shawn?

Yang lebih sulit lagi kumengerti, adalah bisnis motivasi. Itu bisnis tergila yang bisa kubayangkan. Kalian menjual cingcong?! Aku sendiri juga tidak habis pikir kenapa dulu aku pernah membaca buku-buku psikologi populer, dan menyukainya! Darn! Memalukan! Dan mereka, para motivator itu, punya semacam asosiasi. Hahaha... apa yang akan mereka lakukan dengan asosiasinya itu? Semacam asosiasi profesi begitu? Menentukan standar dan kode etik? Atau semacam kartel agar tidak ada yang banting harga dan, karena itu, laku ditanggap orang? Hahaha... kurasa, dengan mengatakan ini, orang akan segera tahu aku tidak tahu apa-apa mengenai bisnis itu. Biarlah. Aku tidak ingin ambil bagian di dalamnya, meski, kata Sandoro, aku seperti seorang kakek yang sedang mewejangi cucu-cucunya jika sedang cingcong di depan kelas. Itu bukan yang kubayangkan mengenai peran seorang dosen, seorang akademisi. Rendy ingin mengajak Ira ke dalam Pusaka. Sofyan mengajak Jafar. Aku mengajak... Aku sudah terlalu banyak mengajak orang. Kami memang tajam berbeda pandangan dalam pasal ajak-mengajak ini. Biarlah. Namun aku yakin, dari sinergi ini, kami akan menghasilkan sesuatu.

Kapitalisme! Kolonialisme! Imperialisme! Itu musuh kita! Kalian bersumpah untuk apa?! Mempersembahkan jiwa untuk jaya bangsa, apa itu "jaya bangsa"? Mempertaruhkan tanah airmu, untuk apa? [untung saja yang kalian pertaruhkan Indonesia, yang sudah, setidaknya, kehilangan Kalimantan Utara dan Timor Timur] Jaya bangsa itu tunainya amanat penderitaan rakyat! Tunaikan itu! Selama masih ada rakyat di tanah air Nusantara ini yang masih bingung besok makan apa, mengenakan pakaian yang kurang layak, tidak memiliki tempat berteduh yang sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, selama itulah bangsa ini belum jaya! Itu semua terjadi karena satu hal: RAKUS! Apapun sebutannya, bagaimanapun dikonsepkan, dikonstruksikan, intinya tetap sama: KERAKUSAN! Itulah musuh kita yang sejati! ...ahaha... Lalu bagaimana cara memeranginya? Bagaimana caraku memeranginya? [kurasa Ki Macan tiba-tiba hadir, setelah aku sengaja menghindarinya tadi...] Menulis buku? Menulis risalah? Sesungguhnya, mungkin, itu jawabannya. Sudah tidak ada 'kan orang yang kuat menulis sesuatu yang seperti itu? Apa aku harus masuk penjara dulu barang setahun untuk melakukannya? Sekarang? Karena apa?

My time is running out!

No comments: