Friday, November 03, 2023

Varikokel. Varises di Kantong Menyan Budak Kuasa


Tolol! Tidak di sini seharusnya kau menulis. Aku ingin menulis berbagai-bagai buku, risalah-risalah yang merupakan hasil pemikiran mendalam, yang filsafati. Gara-gara si tolol ini versi asli Harvey Malaiholo jadi sulit ditemukan. Orang seperti apa ini, yang sudah jadi jenderal masih merasa juga penyanyi, pelukis atau apalah. Mungkin aku pun harus sudah mulai melupakan kecenderungan artistikku dan menyibukkan diri dengan mengejar pangkat, jabatan, dan sebutan. Pikiran ini semakin membuatku ingin meminum sesuatu yang panas, kental, namun tentu bukan semen.
Mau jadi apa dunia ini jika yang jadi dekan terus-terusan orang biasa, orang normal macam Arie Afriansyah atau Choky Ramadhan. Bu Ismu jelas salah telah mengangkat-angkat model Jati Setiawan, Rudi Saladin, Wicahyo Ratomo. Hahaha menyebut nama-nama begini, biarlah mereka tertumbuk pada comberan ketika menelusur nama-nama mereka. Masih ingat rasanya ingin jadi rembulan, namun kembali ke masa-masa itu, tidak ingin lagi. Aku sudah dekat dengan dunia sejuta rembulan, sejuta bintang-gemintang. Untuk apa lagi  jadi rembulan. Aku hanya harus menunggu.

Ini pun aku tidak ingin, kembali ke masa Gita Gutawa memekik melengking-lengking. Segala kesehatan dan kebugaran, entah berapa banyak uang kupunya. Kurasa pada saat itu jangankan mobile banking, rekening bank saja aku tak punya. Bagaimana dan dari mana aku dapat uang ketika itu, adakah kuterima agak satu setengah juta rupiah dari Bang Andhika. Bagaimana caranya itu bisa cukup untuk berbagai kebutuhan, ketika itu aku sudah sering naik taksi. Awal 2008 itu seingatku aku tidak ada pekerjaan. Astaga, waktu itu awal tigapuluhan umurku. Betapa tolol. 

Tidak. Aku tidak merindukannya. Untuk apa makan sahur bersama dengan bapak ibu dan adik-adikku. Namun aku ingat waktu itu pavilyun betapa lapangnya, dengan kasur lipat biru tempatku berbaring menenangkan diri setelah digigit khusus. Akankah kuhapus begitu saja semua kenangan itu dari benakku, ketika aku berseru "Eh!" sambil menuding ke sembarang arah sebelum berjalan-jalan sore-sore, yang  mengejutkan Gundo, Reza, dan Herman; entah sungguhan atau pura-pura. Teringat olehku petualangan kami dari Long Bawan ke Macronesia.  

Kini pun aku bersama lagi dengan Syukur Tulus Ikhlas Sianipar dengan janjinya kepada Elvis: "It's a matter of time". Betapa lucu mengingat bagaimana lelaki remaja mencoba saling berteman di antara mereka. Aku tidak pernah merasa bersalah jika mengatakan aku tidak ada lagi urusan dengan satupun dari mereka. Jikapun aku sampai jadi kepala sekolah, itu semata khayalan belaka karena sampai detik ini pun aku malah main-main mengetik begini; sedang jelas syarat untuknya tidak juga kukerjakan. Entah mengapa teringat sabun mandi dan cuci, mesin cuci tabung dua itu.

Jika pun kini udara sejuk melingkungiku, ruangan remang karena lampu menyala hanya di depan pintu, aku pun masih bukan siapa-siapa. Masih seperti ketika Harvey merasa resah di pertengahan delapan puluhan itu. Akankah kebatan berkebit hati beberapa orang menentukan nasib berjuta-juta orang selebihnya. Benarkah demikian ketentuanNya, membuatku semakin menginginkan minuman hangat semacam kopi susu atau coklat susu. Apakah memang saat-saat seperti ini kantuk menyerang seperti ketika terkena pengar jet, gayanya seakan sering bepergian ke luar negeri.

Maka kembalilah aku ke dalam ruang kerja dokter Harmin yang ketika itu masih berpangkat mayor. Ia pernah menjadi dokter bedah di batalyon marinir entah yang mana. Mungkin ia pun pernah diberangkatkan ke Timor Timur. Mungkin juga ia pernah berusaha menyelamatkan nyawa beberapa orang marinir yang badannya tercabik-cabik peluru atau pecahan granat, mortir, atau ranjau. Namun ketika itu, ia menaruh kaset Chrisye di kantornya yang berperangkat stereo itu, yang ada komputernya sehingga bisa kugunakan mengetik-ngetik entah apa. Aku penulis risalah.

No comments: