Saturday, April 11, 2015

Lihat Sekeliling, 'kan Kau Temukan Aku


Sungguh memalukan! Bulan Maret 2015 hanya satu entri? Bukan karena itu juga aku menulis tengah malam begini. Udara sungguh panas, aku bertelanjang dada dan perut. Aku hanya merasa ingin menulis atau harus, namun apa yang harus kutulis aku malas. Ah, sedap berkata-kata tanpa harus dipikir begini. Yang penting satu alinea sekitar tujuh puluhan kata, cukuplah. Pekerjaanku, menulis. Hanya itu yang dapat kulakukan, yang mirip dengan bekerja, seperti dalam pekerjaan begitu.

This is far more annoying than Kermit!
Selain itu cingcong, yang tidak akan pernah kuakui sebagai pekerjaan. Lalu apa benar yang kurasakan malam ini? Apa? Gerahnya udara, dan segelas besar air. Ya, hanya air. Seharian ini aku banyak sekali minum teh atau entah bagaimana. Pokoknya aku ingin minum, tapi tidak teh, tapi kopi dan coklat apalagi jahe sudah tidak boleh. Di kotak itu banyak sekali Indocafe Kopimik sebagaimana sering juga kutulis di sini. Kini, itu semua sudah berakhir. Tak akan kusentuh lagi selamanya, seumur hidupku.

Lalu ini. Lamat-lamat seperti kaset atau Delta FM. Tidak mungkin lah Delta. Ini sudah lewat tengah malam. Sudah tentu ini kaset, meski aku tidak pernah punya kaset berisikan lagu ini. Look Around and You’ll Find Me There. Snow Frolic. Dari Delta-lah aku dengar kali pertama, atau tidak. Namun semua ini adalah Delta. Semua ini adalah paruh kedua tahun sembilan puluhan. Dekade ketika kebanyakan mahasiswaku kini baru saja dilahirkan oleh ibu-ibu mereka.

Lalu aku terus bertambah tua. Rambut depanku sudah tidak mau tumbuh lagi. Biar apa? Lalu aku main apece-apecean lagi. Ajo seperti biasa tidak senang. Banyak, atau setidaknya ada juga, yang senang. Haruskah aku melakukannya atau tidak peduli sama sekali? Dapatkah aku sekali lagi mengandalkan keberuntungan untuk dapat mengenyam hidup di luar negeri? Untuk apa? Biar apa? Pieijdi untuk apa? Untuk diriku sendiri. Apece untuk apa, untuk Bangsa dan Negara. Untuk Rakyat!

Sudahlah. Mengapa lompat-lompatnya sengaja banget biar mirip Delta? Apa maksudmu? Agar mirip Asatron? Agar mirip mesin tik dengan baskom kopi dan rokok satu slof, hal-hal yang tidak akan ada lagi dalam hidupku. Oh, udara malam yang panas. Entah sudah berapa ribu, atau juta, malas pun menghitungnya, aku bertemu denganmu. Berapa? Di mana? Inilah adaku kini. Tak merokok, tak menyeruput kopi, apalagi menenggak alkohol. Inilah adaku. Sementara ini. Dosen. Tukang dongeng.

Nggak lah. Tidak perlu diingat-ingat. Maju saja. Apa yang ada di depan? Entah. Maju ke mana? Entah. Bahkan mie instan pun sudah hampir tidak pernah lagi kumakan. Masih banyak tuh di lemari. Biasa menjadi stok andalan kalau sudah buntu, mentok, gak ada ide mau makan apa. Sekarang di kulkas ada sih sayur monyet, tapi nasi tidak ada dan masaknya malas. Mie instan? Biar apa? Memperbaiki suasana hati, mungkin. Apa iya?

Nah, kalau sudah begini, biar kutanya pada Bang Denny Januar Ali. Kalau begini ini genre apa, Bang? Puisi prosa atau prosa puitik? Tapi kau hebat, Bang. Kau tahu persis apa yang kau mau. Sedangkan aku, apa yang kurindu saja tak tahu, apalagi yang kudamba. Betul-betul terserah kau mau menyebut dirimu sendiri apa. Orang tidak boleh rewel. Aku setuju. Jika aku bau aroma sitrus, aku tidak peduli. Orang lain tidak boleh protes.

No comments: