Friday, February 21, 2014

Materi Gelap, Energi Gelap Sehitam Kambing


Ini adalah suatu entri, seperti biasa entri pada Jumat, mengenai kotbah Jumat, yang sayangnya tidak di atas bukit, tetapi cukup sederhana saja, di tepi danau. Entah mengapa sudah sejak terbiasa shalat Jumat di Mesjid UI, aku selalu menuju ke sayap kanan. Jadi tidak tepat di tepi danau juga, yaitu Danau Salam; lebih tepatnya, atau lebih persisnya, di depan Pak Jemari. Katib bercerita mengenai materi gelap (dark matter) dan energi gelap (dark energy) yang konon membentuk sebagian besar dari alam semesta ini. Bagaimana beliau menghubungkannya dengan ajaran Islam dan ayat-ayat Qur'an atau sunah, sungguh, aku benar-benar tidak ingat, karena, selain aku, seperti biasa, mengantuk sekali, Bapak Katib ini sepertinya, tidak sepertiku, tiada seberapa pandai mendongeng. Aku cuma ingat beliau mengatakan semacam ini, bahwa segala sesuatu itu berpasang-pasangan, seperti materi dengan materi gelap. (?!) Satu-satunya hal berguna [Insya Allah] yang kuingat dari Jumat kali ini, ritualku agak lengkap. Aku datang belum terlambat, meski menunda agak lama gara-gara mencoba mengislamkan kota-kota di lain Pulau sebelum meriset metode ilmiah. Aku masih sempat berdiri menunggu adzan lalu shalat tahiyatul masjid dan qabliyah Jumat. Setelah shalat Jumat, yang mana Imamnya lupa bacaan surat al-Insyirah lalu menggantinya dengan an-Naas, kami shalat ghaib untuk tiga orang almarhum. Alhamdulillah, tidak seperti Jumat yang lalu, kali ini aku tidak terbalik, rakaat kedua membaca doa untuk mayit, rakaat ketiga malah membaca shalawat. Selesai itu, aku shalat ba'diyah Jumat.

Kalau terjadi kesalahan, ini dia yang bersalah.
Kemudian daripada itu aku makan siang dibayari Mas Gitos, bersama Mas Mils dan John the Fuck yang sudah mendului ke kantin. Akan halnya aku terlambat itu karena kedatangan Bang Sonny dan Mbak Fit menjenguk ruanganku. Kebetulan ada Clara dan Sisi pula, kata Mbak Fit, dan pula ditingkahi Mbak Meira, aku pandai memilih siapa yang ada di dalam ruanganku. Kukatakan pada mereka, aku berencana memasang hijab di antara kami awak ICT dan mereka awak WPU. Lagipula, bukanlah aku yang memilih mereka, melainkan Togar; dan adalah tugas Togar untuk menertibkan adik-adiknya ini, yang udah pada ngerti pacaran ini. Padahal, kukatakan pada Mas Mils, dulu ketika masih kuliah jika ia hilap maka akibatnya adalah bocah-bocah ini. Ya, setelah makan mie ayam rudal spesial tauge dan kembali ke ruangan, ternyata malah tambah ramai dengan kedatangan Juned, lalu Mbak Sisie, kemudian Hadi, sementara Bang Son dan Mbak Fit dan Clara dan Sisi masih juga di ruangan. Aku berusaha menutup telingaku dengan lagu-lagu Beatles yang sama dari kemarin, akan tetapi mereka sungguh ributnya sampai-sampai aku hanya menatap nanar KAK situsweb buletin tanpa mampu menambahkan satu kata pun padanya. [hei, mungkin dapat kulakukan sekarang...] Tak seberapa lama, meskipun bagiku rasanya seperti seharian penuh, mereka pun bubarlah. Hei, lama juga tauk, orang kuingat ketika menengok jam dinding sudah setengah empat! Setelah mengambil wudhu, untuk menenangkan hati kunyanyikan Hark! the Herald Angel Sing, Glory to the New Born King! yang membuat Sisi merasa ingin bernyanyi L.O.V.E.

Agak lebih sore lagi Nadia selesai mengajar dan membawa anak-anaknya ke ruangan Mbak Meira. Kepalaku pusing dan ia mencoba menasihatiku agar tidak pusing. Sejurus kemudian, Mbak Yanti memberitakan bahwa makanan di lobby sudah siap. Sebenarnya aku tiada seberapa ingin makan. Akan tetapi kepalaku sedemikian pusingnya sehingga sedikit selingan kupikir tak apalah. Maka mengantrilah kami, termasuk Togar dan Farid, makanan prasmanannya DOLC. Tepat di depanku sedang mengantri adalah Astrid Sihite, maka kucoleklah Togar yang tidak membuang tempo barang sekejap langsung menyelakku agar tepat berada di belakangnya. Begitulah karena memang aku tidak ingin makan, nasi goreng entah apa kuambil sedikit, lalu ada sup entah apa kuambil baksonya, kentang balado kuambil telur puyuhnya, ditambah sesuatu yang mirip ikan asam manis lalu bihun goreng, sudah. Itu saja. Semua serba sedikit-sedikit. Aku memang sempat kembali lagi mengambil jus jambu dan pastel kerdil, bahkan kulakukan dua kali karena Farid ingin menambah salad. Tak beberapa lama setelah Maghrib, Cantik mewasap sudah sampai Kampung Rambutan karena menumpang Bu Wahyu dan sekarang sedang naik angkot menuju Depok. Kutanyakan mau makan malam di mana, di Food Hall katanya. Maka kutunggu ia di depan KFC dekat Margo. Pas ketika aku sampai di situ, Cantik baru turun membayar ongkos angkot. Maka pergilah kami makan di MM Juice yang mahal itu, Cantik makan siomay, aku makan pempek. Selesai itu kami agak belanja-belanja sedikit lalu pulang. Hari sudah cukup larut ketika kami sampai di rumah, sudah agak setengah sebelas malam.

No comments: