Wednesday, June 15, 2011

KSHM Lalu LPHM Dulu, Pusaka Kemudian


Bismillahirahmanirahiim
. Sungguh pada tempatnya jika ini kumulai dengan mengucap syukur, Alhamdulillah. Sungguh tak terhingga nikmat yang disiramkanNya kepada hamba yang durhaka ini. Inilah salah satu contohnya. Aku menulis entri ini sambil ditemani satu album lengkap Dick Bakker Instrumentally Yours. Sungguh, musik-musik inilah yang telah membentukku, mewarnai jiwaku. Aku teringat lamat-lamat di suatu sore hari yang mendung, aku terbangun dari tidur siangku dan mendengar lagu-lagu ini diputar, di Kompleks Angkasa Pura K28 Kemayoran Gempol. Ampunilah hamba Ya Allah.

Lagu yang tengah diputar ini diberi judul "Dear Parents". Melodinya sangat Belanda. Seperti halnya berbagai episode hidupku yang begitu saja berlalu bagai mimpi, Allah mengijinkanku mengecap suasana hati suatu negeri yang mengilhami ditulisnya melodi-melodi seperti ini. Di sebelah kiriku secangkir Vanilla Rooibos. Di sebelah kananku jus mangga yang enak, cap Country's Choice, tidak seperti jus mangga bohong-bohongan di Belanda. Alhamdulillah. Beginilah memang jika aku berdua saja dengan diriku sendiri. Ya Allah, ijinkanlah hamba selalu mengingatMu, bersyukur padaMu dan menjadi hambaMu yang lebih baik lagi. Amin. Amin. Amin.

Pada kesempatan ini, aku ingin mengenang kembali Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat (KSHM). Sesungguhnya bukan sebuah kenangan yang terlalu manis, mengingatkanku pada hari-hari yang penuh kebingungan. Sesungguhnya itu adalah hari-hari yang mengerikan. Sesungguhnya, dengan mengenangnya, bisa-bisa membuat suasana hati menjadi muram dan tertekan. Apa kabar Bagus Suryahutama? Mengingatnya saja membuat hatiku merasa tidak tentram. Oh ya, biar kuabadikan di sini bahwa hari ini, 15 Juni 2011, Hana Izzah Sophia Pulungan binti M. Sofyan Pulungan lahir.

Lalu Qodir, kemarin dia berangkat ke Finlandia. Sebenarnya intinya sama saja, dari Bagus sampai Bobby Marbun. Yang belakangan ini menggunakan kata "inspiring" untuk menyebutku. Namun, mungkin yang paling keterlaluan adalah Bapaknya Hana ini. Jelas ia berkali-kali memperalatku, dan aku, seperti biasa, terlalu lembek untuk menolak. Benarkah ia kawanku? Yaa... memang hubungan kami begitu, benci tapi rindu. Maksudnya aku yang benci dia yang rindu. Sebenarnya menyenangkan kalau aku sampai bisa mendapatkan apa yang kutulis sebagai deklarasi KSHM dulu. Akan tetapi, itu berarti menghubungi Bagus...

Kemudian LPHM. Kali ini Qodirlah biang keroknya. Sejujurnya, LPHM bukan apa-apa. Kami cuma punya lphm.info dulu. Sekarang sudah mati. Kami? Kurasa tidak. Aku. Aku yang punya lphm.info seperti biasanya. Aku lupa bagaimana dahulu sampai terpikir membuat situsweb itu. Beberapa artikelnya masih bisa diselamatkan dan dipindahkan ke pusaka.info kini. Selebihnya... LPHM bukan apa-apa. Aku masih ingat, aku pernah memaksa Dedi membuat beberapa artikel, dan seingatku menghasilkan dua. Ya, betul dua. Naiknya Harga Beras Dunia, Ruwetnya Tata-kelola Perberasan Indonesia dan Pilih Ketahanan Pangan atau Kedaulatan Pangan?

A Place to Live, Desktop Wallpaper-ku Saat Ini

Ini prestasi tersendiri! Meski aku ingat, yang kuterima dari Dedi cuma tempelan yang entah dia dapat dari sana-sini. Capek juga kalau harus terus begitu. Aku lupa apa yang terjadi kemudian dengannya, apa yang telah kulakukan terhadapnya. Yang pasti, aku memang terlalu menyebalkan baginya, dan aku juga selalu tidak tahan dengan apa yang kulihat sebagai daya dorongnya yang rendah. Singkat cerita, aku diterima bersekolah di Belanda. Kutinggalkan Nelayan Teluk Jakarta yang diaku sebagai pekerjaan LPHM, mungkin satu-satunya. Kutinggalkan Sovereign Wealth Fund-nya Pak Udin Saepudin Noor....

Kemudian, Pusaka. Awalnya aku mengusulkan nama "Perhimpunan Studi Hukum dan Masyarakat untuk Persatuan Bangsa dan Keadilan Sosial" yang akan disingkat dengan akronim "Perimbas", meski pada saat itu aku sangat yakin Sopian tidak akan menerimanya. Maka kusiapkan alternatifnya, Pusaka! Begitulah, dalam episode ini Sopianlah biang keroknya. Namun, ini cerita tentang Teuku Sulaeman, M. Farid Hanggawan dan Sandoro Purba. Aku sudah kehilangan Kusmasai, masa aku harus kehilangan Agam juga? Ya, tidak apa-apa. Jika mereka tidak punya cukup alasan untuk bertahan, memang tidak mungkin ditahan. Yang tersisa memang Sandoro.

Jika Sopian memilih Farid, dari awal aku melihat sesuatu pada Sandoro. Ternyata bocah edan ini memang edan. Aku tidak tahu apa yang ada dalam benaknya, tapi setidaknya aku harus berterima kasih padanya karena, sejauh ini, ia tidak meninggalkanku sendiri. Apakah ia akan sekadar mengikutiku? Sampai kapan? Tidak! Lebih baik kudoakan dia. Insya Allah suatu hari nanti ia menjadi dirinya sendiri yang tangguh, dan ia tidak melupakan temannya ini. Seperti sebuah band, bongkar-pasang personil itu wajar. Aku merasa, kami bisa menjadi semacam duet yang menghasilkan. Dan jangan dilupakan, Rendy! Ia selalu ada! Aku suka dekat-dekat padanya, entah kenapa.

Demikianlah Pusaka, sudah kurang lebih setahun umurnya. Sampai malam ini, masih ada tekadku untuk menjaganya tetap hidup. Tidak! Tidak akan kubiarkan salah satu akta buatan Mbak Hesti Bimasto tidak berguna! Akan terus kuusahakan! Ini adalah waktu yang berani. Ini adalah waktu berharap. Ini adalah waktu meyakini akan datangnya berita-berita baik, kejutan-kejutan yang menyenangkan, karena, seperti biasa, aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Malam ini, badanku masih tidak enak rasanya. Namun, tetap saja, di meja resepsionis ini, aku mengetik sambil bertelanjang dada. Udara memang mulai panas. Kurasa memang sudah memasuki musim panas.

Pada titik ini, tak satu serpihan masa lalu pun yang menggoda lamunanku, namun tak satu harapan untuk masa mendatang. Setelah ini aku akan segera beristirahat, membaringkan tubuhku yang sudah tidak karuan bentuknya ini di kasur palembang, yang sejak beli belum pernah dicuci. Suatu hari nanti, kasur palembang akan menjadi kasur pegas yang nyaman, tidak mendelep. Suatu hari nanti, semua keinginanku yang tidak banyak ini akan terpenuhi, juga keinginan orang-orang yang kusayangi. Sesegera mungkin, akan kuperbaiki kualitas hidupku, untuk menyongsong suatu hari nanti itu!

Fastabiqul Khairat!

No comments: