Saturday, December 28, 2024

Untung Sempat Disimpan Jazz Klimis dari Loteng


Stereo nirkabel sejati (SNS)-ku bau tahi hahaha. Aku mengendus-endusnya sambil menahan tawa terbahak-bahak dengan harapan baunya segera hilang. Namun tak kunjung hilang juga hahaha. Ini seperti ketika kami main pleset-plesetan di rumah sebelah tiba-tiba penjaganya datang. Dengan sangat kesulitan kami memanjat pohon jambu klutuk satu-satunya jalan melarikan diri. Sudahlah batangnya licin, badan kami berlumuran deterjen, maka tertawa-tawalah kami riang-gembira. Adik dan Herman menyelamatkan diri ke atas citra kasih, aku dengan sok gagah berani menghadapi nasib demi mendengar suara bapak menggelegar memanggilku. Maka terhempaslah menghantam mesin cuci.

Jika kulanjutkan di sini bahwa ini kali pertama akhirnya aku berada di dalam titik-titik pabrik, ini karena paksaan cantik yang terinspirasi oleh helen yang bukan dari troya; mungkin dari kroya, aku tidak tahu. Biasanya aku hanya melintasinya. Seringkali malah tidak memperhatikan, karena ia berada tepat di sebuah belokan tajam ketika jalan raya kaesu membelah cikumpa. Namun pagi ini aku benar-benar berada di dalamnya, hanya kami berdua, aku dan cantik. Sisanya adalah teh thai panas dan es kopi susu, serta baru saja datang ini, patat, kentang goreng a la belgia perancis.

Jika aku sedang malas mengkapital-kapitalkan, mengkursif-kursifkan, mohon dimaafkan. Jika aku agak berkeringat-keringat, mungkin karena habis menyantap mi nyemek [awas, 'm' dan 'ny' jangan dipertukarkan] dengan tingkat kepedasan sedang. Mi menyeknya enak. Harganya yang Rp 40,000 memang untuk membeli suasana. Namun jika dipikir-pikir, di solar pun harganya segituan, bahkan tidak pakai suasana. Di sini diberi berbantal kursi bertuliskan "Ethiopian Mocha Sidamo. 100% coffee product. Arabica 18-3227 wt. 100 lb". Jadi pura-puranya karung biji kopi. 

Tadi sempat terpikir untuk menulis ulasan yang agak patut mengenai tempat ini. Siapa tahu dengan begitu lalu-lintas ke goblog ini jadi agak meningkat. Ah, tanpa ulasan patut pun sudah cukup banyak kunjungan hanya dari Sampoerna King dan mantra santet. Jadi, seperti biasa, asal goblek asal ngomyang aja. Itu 'kan satu-satunya fungsi goblog ini sekarang, setelah bapak berpulang. Mustahil kuwujudkan impian kema[cangondrong]an (gantilah 'cangondrong' dengan 'yor') di atas bumi ini. Jasad bapak sudah di dalam bumi Rorotan, di taman makam syuhada.

Setelah mengulas (halah!) mi nyemek, kini kita bicarakan sedikit teh thai. Aku memesannya karena sudah cukup lama ini aku agak brutal dengan perkopian bungkusan, bahkan kopi kekinian. Aku sampai tahu bedanya kopi teras sekolah tinggi hukum milik Rapin dari orang-orang cerdas. Di titik ini anganku melayang pada rintihan minta tolong. Astaga, itu saja yang terpikir olehku. Akan halnya Rendi mengaku berminat seakan-akan karena suatu alasan praktis, ada terbersit sedikit ejekan dalam hatiku. Untuk itu aku minta maaf. Kecerdasan juga tak banyak gunanya, meureun.

Bapak itu menelekan kepala pada sandaran sofa, memejamkan mata. Istrinya di sebelahnya sama-sama setengah rebah, memilin-milin rambut keritingnya, ditarik ke atas kepala. Tiga ekor anaknya bercericau ramai seperti sekumpulan burung betet. Yang tertua perempuan, berambut keriting seperti ibunya. Kedua adiknya laki-laki berambut lurus, mungkin seperti bapaknya. Aku tak bisa mengatakan dengan pasti karena rambut bapaknya dicukur pendek a la serdadu; sementara jazz klimis dari loteng ini menghentak nikmat di telingaku, menutupi ambiens yang arusutama. 

Aku suka, ya, bahkan cenderung bangga bila entah bagaimana judul disebut dalam badan tulisan. Jadi seperti tulisan benar-benar. Semacam cerpen yang kepanjangannya cerlana pendek, ya, seperti yang sering dipakai selena gomes. Hanya saja dalam entri ini belum dijelaskan mengapa ilustrasinya begitu (halah!). Itu adalah seorang raksasi (ogress) dari Harsan. Harsan dari bagian India yang mana entahlah. Itulah. Orang seringnya terlalu cepat menyimpulkan. Jika bentuknya tidak tipikal atau konvensional, dikata bukan perempuan, dikatai raksasi. Padahal ia bukan.

No comments: