Apakah itu ponsel yang tertinggal atau sengaja ditinggalkan atau entahlah dari 20 tahun yang lalu. Tentu saja segala sesuatu telah jauh berubah sampai-sampai tak dapat dikenali. Jika isi kepala dikebat dan dikebit oleh daftar-main begini, terlebih oleh penunggang cakram putra damanik begini, maka serasa boneka kain perca dihembalang, pontang-panting terguling. Seperti turangga-rangga atau ontang-anting atau entah apa lagi dalam album stiker dunia fantasi keluaran snek chiki, rasa keju atau ayam. Uah, anak jaman sekarang tidak akan dapat menghargai indah bunyinya.
Mungkin aku sekadar sudah terlalu tua untuk melakukan ini, merampaki, menggendangi. Jesse pasti sudah tidak pernah terpikir mengenainya, terlebih natal putih di gudang tas graha lima. Hebat itu compo entah punya siapa, dengan dek pemutar kaset ganda. Kami hanya harus bernyanyi dan bermain gitar dekat-dekat dengannya atau di sekitarnya, dan hasilnya lumayan untuk mengharu-biru masa muda tolol sampai lama. Terakhir kali di seberang kamar ibunya nenek sihir yang suka mengaji sendiri di tengah malam. Uah, hidup apa yang dijalaninya dahulu.
Maka begitu saja naik angkutan kota em-empat dari pasar minggu setelah turun dari metro mini es-enam dua. Waktu itu pasti berkabel atau bahkan dari pengeras suara. Dengan lampu kuning yang menambah hangat suasana, bisa juga mengenakan seragam desainer kuning kunyit. Kembali entah ke mana, maju entah ke mana. Keluar di pintu dekat mesjid aerha naik ojek bukannya ke arah cikini malah manggarai. Lebih banyak waktu terbuang namun tidak harus takut berdesakan, selalu duduk pula. Itulah waktu-waktu pada ketika sudah tak sanggup lagi menyongklang vario sty.
Waktu masih kuat bahkan suka mampir sepel atau mekdi sekali. Di sepel sudah pasti hot dog dan mungkin teh sereh dingin. Ah, masa-masa itu. Dari kecil aku tahu kesehatanku bukan yang terbaik. Maka jika sekarang secangkir plastik merah berisi kopi luwak putih, aku hanya dapat berharap agar ia tak menyakitiku, entah bagaimana. Meski kini 'ku dibawa melayang ke Uilenstede di siang hari yang panjang. Hadi entah ke mana, aku seorang diri saja. Bahkan kurir pembawa paket untuk Hadi pun tiada datang mengganggu. Entah mengapa aku tak ke mana-mana. Tak'da uang.
Jika sudah tahu bungkruh mengapa dulu merusak diri dengan jarum super bisa empat bungkus sehari, merokok berantai sudah seperti kereta api. Mengapa dulu kebanyakan gaya suka meminum minuman keras, segala kebodohan itu mengapa harus kualami. Mengapa tidak berjalan-jalan saja di suatu sore ketika Margo City baru saja dibuka, dengan mushala yang di pojok luar tenggara itu. Ketika masih ada segala oh la la sampai pawon nyonya, masih di dalam semua. Jadi apa dulu rumah tua aku lupa, ketika masih wijaya tani atau sudah tidak, Asmirandah 'ngecrot.
Ketika itu bahkan Togar, Rian, Hari masih esema, aku belum lulus kuliah juga. Uah, masa-masa ketika menyeberang margonda hanya untuk bertemu burger dan raja, dengan menu-menu sok cerdiknya, segala sop buntut bakar atau semacamnya. Atau kalau tidak menyeberang berarti buku kafe dengan menu-menu tak kalah cerdiknya. Dedi Sudedi menghabiskan siang nongkrong di situ sambil membaca-baca. Dedi memang sisa-sisa dari generasi yang mendapatkan kesenangan dari membaca selain seks swalayan karena tak ada sesiapa yang sudi melayani.
Masih ada bekas-bekasnya di sini, ya, di goblog ini juga. Yakni, waktu-waktu ketika goblog ini kali pertama dibuat. Jika sampai waktunya, bagaimana merayakan ulang tahun ke-20 goblog ini, ya. 'Gar, 31 Desember 2024 goblog ini berulang tahun yang ke-20 loh. Kalau goblog ini anak laki-laki sudah pasti tolol setengah mati. Ada usul bagaimana merayakannya. Apakah dengan ditutup saja, diakhiri hidupnya. Sungguh sudah malu dan lelah aku berolok-olok begini, tapi bagaimana lagi. Aku sering kesepian dan tinggal goblog ini teman seorang diri, luwakku menenggak habis kopi.
Mungkin aku sekadar sudah terlalu tua untuk melakukan ini, merampaki, menggendangi. Jesse pasti sudah tidak pernah terpikir mengenainya, terlebih natal putih di gudang tas graha lima. Hebat itu compo entah punya siapa, dengan dek pemutar kaset ganda. Kami hanya harus bernyanyi dan bermain gitar dekat-dekat dengannya atau di sekitarnya, dan hasilnya lumayan untuk mengharu-biru masa muda tolol sampai lama. Terakhir kali di seberang kamar ibunya nenek sihir yang suka mengaji sendiri di tengah malam. Uah, hidup apa yang dijalaninya dahulu.
Maka begitu saja naik angkutan kota em-empat dari pasar minggu setelah turun dari metro mini es-enam dua. Waktu itu pasti berkabel atau bahkan dari pengeras suara. Dengan lampu kuning yang menambah hangat suasana, bisa juga mengenakan seragam desainer kuning kunyit. Kembali entah ke mana, maju entah ke mana. Keluar di pintu dekat mesjid aerha naik ojek bukannya ke arah cikini malah manggarai. Lebih banyak waktu terbuang namun tidak harus takut berdesakan, selalu duduk pula. Itulah waktu-waktu pada ketika sudah tak sanggup lagi menyongklang vario sty.
Waktu masih kuat bahkan suka mampir sepel atau mekdi sekali. Di sepel sudah pasti hot dog dan mungkin teh sereh dingin. Ah, masa-masa itu. Dari kecil aku tahu kesehatanku bukan yang terbaik. Maka jika sekarang secangkir plastik merah berisi kopi luwak putih, aku hanya dapat berharap agar ia tak menyakitiku, entah bagaimana. Meski kini 'ku dibawa melayang ke Uilenstede di siang hari yang panjang. Hadi entah ke mana, aku seorang diri saja. Bahkan kurir pembawa paket untuk Hadi pun tiada datang mengganggu. Entah mengapa aku tak ke mana-mana. Tak'da uang.
Jika sudah tahu bungkruh mengapa dulu merusak diri dengan jarum super bisa empat bungkus sehari, merokok berantai sudah seperti kereta api. Mengapa dulu kebanyakan gaya suka meminum minuman keras, segala kebodohan itu mengapa harus kualami. Mengapa tidak berjalan-jalan saja di suatu sore ketika Margo City baru saja dibuka, dengan mushala yang di pojok luar tenggara itu. Ketika masih ada segala oh la la sampai pawon nyonya, masih di dalam semua. Jadi apa dulu rumah tua aku lupa, ketika masih wijaya tani atau sudah tidak, Asmirandah 'ngecrot.
Ketika itu bahkan Togar, Rian, Hari masih esema, aku belum lulus kuliah juga. Uah, masa-masa ketika menyeberang margonda hanya untuk bertemu burger dan raja, dengan menu-menu sok cerdiknya, segala sop buntut bakar atau semacamnya. Atau kalau tidak menyeberang berarti buku kafe dengan menu-menu tak kalah cerdiknya. Dedi Sudedi menghabiskan siang nongkrong di situ sambil membaca-baca. Dedi memang sisa-sisa dari generasi yang mendapatkan kesenangan dari membaca selain seks swalayan karena tak ada sesiapa yang sudi melayani.
Masih ada bekas-bekasnya di sini, ya, di goblog ini juga. Yakni, waktu-waktu ketika goblog ini kali pertama dibuat. Jika sampai waktunya, bagaimana merayakan ulang tahun ke-20 goblog ini, ya. 'Gar, 31 Desember 2024 goblog ini berulang tahun yang ke-20 loh. Kalau goblog ini anak laki-laki sudah pasti tolol setengah mati. Ada usul bagaimana merayakannya. Apakah dengan ditutup saja, diakhiri hidupnya. Sungguh sudah malu dan lelah aku berolok-olok begini, tapi bagaimana lagi. Aku sering kesepian dan tinggal goblog ini teman seorang diri, luwakku menenggak habis kopi.
No comments:
Post a Comment