Dari dulu, dari pertama dengar aku sudah tahu, meski namanya atas-pangkuan, laptop tidak enak digunakan sambil dipangku. Pernahkah dalam hidupku aku memangku yang enak-enak, hampir yakin 'kujawab, tidak pernah. Namun jika tidak 'kupangku begini, aku tidak bisa sambil menghirup harum-harumnya cendana. Adanya aku bisa tahu akhirnya chandan itu apa, ada Khairadhita Padmasundari memilihkan untukku, Bapaknya, salah satu dari empat, chandan. Sayang suasana hatiku sedang tidak sesuai untuk mengagumi kecantikan apalagi perempuan; 'kubawa saja ke dalam chandan-nya, masa bodoh.
Nah, ini satu masalah lagi. Kalau 'kubawa ke dalam, berarti harus dimatikan dahulu. Uah, ribet pun. Namun ya 'kulakukan juga, karena barusan aku kebelet. Maka setelah ngebom aku memberi makan Sanwirya dulu, yang tidak lama kemudian diambil-alih Engkus, kemudian kembali mengetiki sambil ditingkahi rampai dari Cerita Sisi Barat. Dalam suasana dalam-ruangan yang gelap-gelap berantakan sementara terendus wewangian eksotis, entah bagaimana aku jadi teringat rumah Tommy Tuwaidan. Paling 'kuingat darinya adalah menonton Bola-bola Antariksa, yang 'kutonton lagi hanya karena kenangan ini.
Maka begitu saja aku menjalani Jam-jam Terakhir Anastasia Romanov. Bukan, bukan rubata suram tempat mereka dibantai itu yang mengelilingiku, melainkan ruang keluarga Yado II E4 yang permai ketika segala sesuatunya masih penuh asa. Daripada larut dalam kesedihan, biarlah aku memandangi seekor Angsa sedang menyela-nyela bulu-bulu dengan paruhnya, di tengah danau kecil di suatu hari musim gugur yang muram bermendung ini. Puncak musim hujan sudah berlalu di seantero Belanda, kini semua sedang khidmat menyambut datangnya musim dingin. Entah kapan salju pertama 'kan turun.
Mengapa harus 'kutunggu suatu ilustrasi sebelum memulai alinea ini, 'ku 'tak tahu. Namun penantianku sungguh tidak sia-sia demi menjelangnya kecantikan yang bukan perempuan. Uah, kecantikan jenis ini memang tidak pernah gagal memukau hati nuraniku, karena hati sanubari tidak bisa dipukau. Ia hanya bisa berdenyut dan semoga berdenyutlah ia selama yang dikehendaki Allah. Ia yang ber-Lengan Hijau baru saja berlalu, untuk disusul dengan Romansa. Memang sudah pada tempatnya. Rasa cantik biasanya disusul dengan percintaan, meski antara dua ciptaan menjijikkan penuh buduk gudig mimir sekalipun.
Cendana, 'kuyakin, masih mengharumkan suasana hatiku, meski persekitaranku tidak ideal. Biarlah walau sesaat tidak 'kupikirkan apa yang seharusnya 'kukerjakan, meski sesaat itu ternyata sudah berbulan-bulan. Biarlah 'kuisi hati nurani dengan kecantikan dan keindahan terlebih dahulu, agar nyaman berdenyut berdetaknya hati sanubariku. Entahlah apa tepat 'kugunakan istilah-istilah ini. Suatu hari nanti jika ternyata salah dan fatal, paling ia akan mengganggu seperti rasa gatal tepat di punggung dekat pangkal lengan yang tidak bisa digaruk. Lhah yang begini dikatakan Waltz Kenangan koq bisa.
Aku, 'kurasa, telah lama berhenti mencari penjelasan. 'Kuikuti saja rasa hatiku 'kemana pun pergi, meski ujung-ujungnya selalu mengetiki. Sudah lama sekali, jika pun pernah, hatiku mengajak pergi ke Ragunan apalagi dengan menyetir mobil sendiri. Sudah dua kali, pergi bersama Pak Rakiman, pulang bersama Pak M. Ramli, membuatku kehilangan selera disupiri. Maka beginilah aku di pojokan gelap ini mengetiki. Akan halnya setelah ini aku berbaring-baring saja di kasur yang pegas-pegasnya ngegas, mungkin aku juga tidak peduli. Mungkin aku masih jengkel gara-gara semalam ada yang mengenangi.
Demikianlah maka kelentang-kelenting piano dari masa kecilku menemani hatiku yang resah di pagi hari bermendung ini. Hariku dimulai dengan sepiring nasi diguyur sayur tahu dan krecek, balado terong, dan telur dadar; Semuanya berteman teh tawar hangat. Mbak-mbak yang melayaniku sedang berjerawat di puncak bibirnya, sedang bapak-bapak di sebelahku kecewa karena potongan daging rendangnya ternyata kecil. Pelan Kedua ini sungguh lembut membelai hatiku yang sedikit memar, seperti dengkuran kucing yang tidak tolol apalagi manja. Kucing jantan yang gagah, yang sebaiknya tidak mendengkur.
No comments:
Post a Comment