Sungguh aneh suasana yang ditimbulkan oleh petang hari setelah ashar, minuman soklat, harum-haruman Maharaja Emas asli Bangaluru, masih ditambah mendiang Kenny Rogers menyanyikan lagu-lagu selalu-hijau. Benar-benar tertumbuk-tumbuk pada kesan-kesan yang tidak koheren, seperti Profesor Charles Xavier mengoperasikan Cerebro yang diracuni. Oh, sementara Kenny mendesah, aku pun mendesah demi tercium sekilas keharuman Maharaja Emas. Benar-benar membingungkan. Ini jelas bukan Jl. Deperdag entah nomor berapa yang terhubung dengan Jl. Yado I; "suatu keterhubungan yang sungguh aneh," kataku.
Lha koq malah bicara mengenai keterhubungan ini apa. Ini 'kan hari ketika bergolek bermalas-malasan sampai menjelang tengah hari, hanya untuk pergi berdua ke Tirta Bangunan yang di depan Gema Pesona untuk belanja kabel dan uborampe-nya. Sebenarnya tidak benar-benar malas-malasan, karena pada saat itu badan memang sudah terasa agak tidak yes. Apakah ketika itu aku sudah sarapan di depan kantor PLN Kemakmuran atau masih di pertigaan ke arah Kalimulya, sungguh aku tidak ingat. Namun menjelang tengah hari itu kami benar-benar ke Tirta Bangunan yang di depan Gema Pesona.
Aku tidak pernah benar-benar memperhatikan bila-bilamana saja tenda mie Bangka itu buka. Hari ini, bahkan mendekati tengah hari, tenda itu buka. Aku begitu saja mengajak Cantik untuk makan siang di situ. Aku membayangkan nasi tim porsi kecil dengan kuahnya yang seadanya namun hangat dihirup. Namun Ibu keburu me-WA bahwa Bude Aie sudah mempersiapkan nasi tumpeng dan kue untuk ulang tahunnya Sodjo. Bahkan Ibu menyitir ngendikane swargi Bapak, mengenai betapa Ibu pun suka dirubung anak cucu. Alhamdulillah, Cantik pun setuju untuk pergi ke Jalan Radio merayakan ulang tahun Sodjo yang pertama.
Demikianlah maka kami tidak jadi makan siang di tenda mie Bangka itu. Uah, aku lupa. Sebelum ke Tirta Bangunan bahkan kami sudah agak wara-wiri ceritanya mencari krey. Namun Cantik mencarinya ke tempat yang salah, yaitu tempat orang menjual tirai, baik di samping Akiun maupun ke arah Kemakmuran. Setelah yakin tidak menemukan yang dicari, barulah kami mampir ke warteg di pertigaan Tole-KSU membeli makan siang trio Mas Dikdik, Pak Ahmad, dan Mas Ade. Sebetulnya, malam sebelumnya Awful sudah mendaftar untuk pergi ke Ragunan bersama Tantanthi. Namun karena Tantanthi mau ikut Oom Bono ke ulang tahunnya Sodjo, maka Awful pun memutuskan ikut.
Setelah perjalanan yang nyaman menuju Jalan Radio, begitu sampai sudah sekitar jam setengah empat. Tidak menunggu lama, kami segera menyerbu tumpeng. Meski sebelum berangkat tadi aku sempat menghabiskan baso campur Berkat, aku masih menyikat puncak tumpeng lengkap dengan lauk sedikit mie, perkedel kentang, dan telur balado. Ohiya, malam sebelumnya aku makan telur balado dari Dapur Sunda Mahira. Sambalnya enak namun agak pedas. Uah, berarti sudah sejak Selasa itu perutku dihajar dengan pedas-pedas. Aku belum mencoba urap yang menemani tumpeng ini sampai agak kemudian.
Aku tidak akan merinci perayaan ulang tahun Sodjo yang pertama. Aku bahkan tidak akan melukiskan perasaanku, apalagi doa-doa yang 'kupanjatkan untuk keponakan-keponakanku ini. Cukuplah bila 'kukatakan, kue Kuku Melon pesanan Bude Aie lumayan alright, meski tentu saja, untuk membuatnya jadi Kuku Melon, harus dibungkus fondan. Fondan yang menurut Ibunya Sodjo dibuat dari campuran gula dan tepung ternyata tekstur dan konsentrasinya mirip dengan permen lembut. Aku lantas saja teringat Si Botak Ron ben Israel yang, sebagaimanaku, kurang suka fondan; tapi kuenya sendiri alright.
Alinea terakhir entri ini biarlah 'kugunakan untuk berbicara mengenai hidup di dunia. Aku memang sangat kurang olahraga, seperti kata Tante Lien. Bukan kurang lagi. Sama sekali tidak pernah. Lalu apa ini mengetiki, benar-benar kegabutan yang hakiki. Sampai kapan aku 'kan begini. Tidakkah kautahu yang seperti ini aduhai sungguh menyiksa. Lantas apa gunanya kauumbar di sini. Memalukan. Aku hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri, karena tiada lagi sersan mayor taruna entah siapa yang akan menempelengku bolak-balik. Aku kopral ter-keple sataek; lantas mengangguk-angguk sambil berseru.
No comments:
Post a Comment