Minggu sore yang mendung di Jalan Radio, masih di kamar kulkas. Jika ini Minggu sore, maka Insya Allah kurang dari 24 jam lagi akan kita hadapi saat kebenaran. (moment of truth) [terjemahan yang patut baginya adalah "saat yang menentukan"] Akankah Pas Moto memberikan semua dukungan yang dibutuhkan oleh ICT-Komintern agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya? [eh, Leon Rosca sudah bisa ngetik belum? Tadi terpikir ketika shalat (sic) kalau masih belum bisa, maka Miles Kamil harus mengajarinya sampai bisa; jika perlu dengan bahasa Minang!] Sebenarnya ini juga bisa menjadi alat ukur sebesar apa pengaruh Gandalf Kelabu pada Pas Moto. Aku belum mencatatnya, ya. Baiklah, kulakukan sekarang. Pak Yuwono tampak smug dan aku kurang cocok dengannya, tetapi Mas Oscar kelihatannya seorang okay boy. Baiklah, aku akan ikut permainannya. Selasa ini bertemu, seperti keinginannya. Semoga John Gunadi dapat menanganinya dengan memuaskan. Mengenai urusanku sendiri, jika tanpa cepat-cepat membuat proposal urusan bisa berjalan lancar, maka tidak menjadi masalah pun. Ya, aku tahu. Awal Februari meluncur ini lebih berkenaan dengan Togar dan wiradanya dua ekor, dan aku sendiri tentunya. Ini semua dengan asumsi Leon Rosca masuk payroll. Jika tidak, maka harus diusahakan juga secepatnya proposal itu. Mengembalikannya kepada Mang Bedon jelas bukan pilihan; mendorong agar eJournal segera di-SK-kan lebih kusukai sebagai rencana pengganti.
Ini seperti Tokichiro yang lancang sesumbar mampu memperbaiki tembok benteng dalam beberapa hari saja, Tokichiro si Kepala Dapur itu. Tanda-tanganku yang relatif sederhana [dibanding Wahyu] dan kugoreskan besar-besar memenuhi, kadang melebihi, tempat yang disediakan--seperti kata Santakurosu--menandakan orang yang terlalu percara diri. Ya, aku harus hati-hati. Sering memang aku terlalu yakin pada diriku sendiri sampai-sampai tidak waspada. Entah sudah berapa kali kepada berapa banyak orang [yang terakhir baru-baru ini, Bapak] aku sesumbar bahwa pekerjaan ini mudah-mudah susah untukku. Mudah, karena aku tahu [nah, ini saja sudah menunjukkan kelengahan] bagaimana mengerjakannya. Susah, karena Pas Moto mengharapkan segera kongkrit! Awal Februari, Bro! Ya Allah, tolonglah hamba menepati kata-kata hamba. Ya Allah, tolonglah hamba menahan mulut. Hamba mohon ampun, Ya Allah. Awal Februari itu artinya tinggal dua minggu lagi dari sekarang, sedangkan minggu terakhir Januari akan kuhabiskan dengan team building entah apa-apa. Itu berarti aku hanya punya minggu ini dimulai Senin besok, sedangkan Selasanya aku akan harus berjanji dalam seweton menyelesaikan penyuntingan BBP-DJI. Tidak apa. Insya Allah, tidak menjadi apa. Ketika aku dengan lancarnya dapat menuliskan ini semua, itu berarti aku bergairah. Hatiku ikut! Alhamdulillah, ini beda dengan awal tahun lalu. Kurasa sinchia ini nanti bukan sembarang Tahun Kuda. Ini adalah Tahun Kudra karena kakinya emprat! Oh, semoga aku tidak habis terbakar antusiasmeku sendiri...
Lalu BBP-DJI. Alhamdulillah, sudah sejak beberapa lama Allah selalu menolongku menepati kata-kataku. Ini termasuk yang serius. Aku juga tidak tahu mengapa untuk yang satu ini aku jadi ekstra-antusias. Semoga tidak ada pamrih lain menyelinap selain tunainya janji. Lagipula pamrih apa? Dapatlah terbayang betapa rusuhnya jika sampai ketambahan urusan, apalagi urusan begituan. Lagipula, macam aku ibu-ibu PKK aja; dibutuhkan seorang ibu-ibu PKK untuk mampu mengurusnya. Insya Allah, kesenanganku adalah jika kelak BBP-DJI selesai pada waktunya dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Setelah itu, aku akan dengan senang hati menghilang lagi, lesap ke dalam kerumunan, dilupakan. Bukan aku tidak mau bertanggung-jawab. Bukan salah mereka pula. Kami memang diserahi cek kosong sejak awalnya. Gila! Urusan sebegini pentingnya dan ceknya kosong?! Memang itulah yang terjadi. Setidaknya, aku berusaha, Insya Allah, untuk menyampaikannya. Ada yang mau dengar, syukur. Tidak ada, ya syukur. Allah yang menanggung rejekiku di dunia ini, tidak perlu lagi kupikirkan sisanya. Bli Kompiang bicara mengenai pasrah dalam status pesbuknya. Katanya, pasrahnya masih disertai pamrih, tapi ia memohon agar pamrihnya sekadar untuk menunaikan gunanya lahir ke dunia. Sungguh, kena'apa pulak harus pusing, sedangkan di Puncak Jaya ditemukan fosil kulit kerang, demikian pula di puncak-puncak Alpen. Manusia hiruk-pikuk seakan betol sementara bumi terus saja mendaur-ulang keraknya, yang di dalam jadi di luar, yang di luar jadi di dalam, yang tadinya di atas jadi di bawah, yang tadinya di bawah jadi di atas, begitu seterusnya.
No comments:
Post a Comment