Friday, January 10, 2025

Kambing dan Orong-orong. Hama Padi Musuh Tani


Don't know Kenji Sano? Kasih no! Maka 'ku kembali ke kelas 5 SD jika aku ingin lari kepadamu ketika 'ku kesepian, meski sejak 1 Oktober 1984 ambiens itu berakhir. Tidak heran, ketika Uti berulang tahun yang ke-69 terlihat sendu, meski aku ndengguk mbedegut begitu, dan seperti biasa, menyanyikan lagu panjang umurnya dengan suara paling keras di antara sepupu-sepupuku. Ketika itu aku pasti pulang lagi ke K28, meski beberapa bulan kemudian, tepatnya 31 Maret 1985 semua itu berakhir. Ambiens yang telah bersamaku selama hampir 5 tahun hidupku sejak usia 4 tahun. 
Itulah waktu-waktu ketika kesedapan yang 'ku tahu sekadar bunyi yang dibuat ibuku melarutkan susu bubuk dengan sedikit air panas, mengaduknya dengan sendok dalam gelas beling. Sayang aku tak bisa mengingat gelas seperti apa. Aku hanya ingat gelas strawberry shortcake hadiah softex, meski seingatku tidak untuk membuat susu. Sampai hari ini suara yang dibuat oleh sendok mengaduk larutan kental bubuk minuman dalam gelas selalu membawa rasa aman nyaman. Begitulah kenanganku mengenai kasih-sayang ibu kepadaku. Sedapnya susu gula manis (SGM)... 

...yang ketika aku naik kelas 4 SD, meninggalkan selama-lamanya ambiens pemberi nyaman, justru menjadi olok-olokan. SGM kepanjangannya sinting gila miring, padahal Sarihusada Generasi Mahardhika, yang memproduksi susu Milco juga. Segala kenangan berkecamuk bercampur aduk dalam benak serasa digulai, yang berakhir pada simpulan hidup begini-begini saja. Seperti bapak ibu dahulu membelikan kami botol minum savas yang bentuknya ajib, warna abu-abu, ergonomis mengikuti lengkung tubuh. Di mana ya belinya, esa mokan, esa genangku, wia-niko...

Pasti begitu juga prosesnya, semalam, dua malam, seminggu, sampai paling lama dua tahun, kami menemani Akung di kamar yang dulu biasanya untuk Akung dan Uti. Seingatku Akung lebih sering sare lebih dulu daripada kami, karena kami sering menonton filem sampai malam-malam. Jika Akung sudah sare lebih dulu maka kamar sudah gelap, maka 'ku buka sedikit gordijn yang menutup pintu ke teras, membiarkan cahaya lampu teras masuk agak lebih banyak lagi. Aku sama sekali tidak ingat bagaimana cara kami bangun pagi untuk sekolah atau ketika libur. Jinjja.  

Kini hidupku adalah kambing dan orong-orong ramai datang ke sana bila aku membawa sekantung dua kresek berisikan entah soto betawi atau makanan-makanan speysyal lainnya. Setiap malam pun aku masih mengatur-atur seberapa banyak rolgordijntjes 'ku ulur atau 'ku gulung, rolgordijntjes yang sama hijau dengan yang ada di kamar sewaan di Sint Antoniuslaan. Rolgordijntjes yang kubayar bersama zwarte tapijt ketika masuk, namun tidak berhasil 'ku jual kembali ketika keluar. Lucu sekali memang ingatan-ingatan ini. Begini-begini aku ingat sangat, sisanya lupa.

Lantas troli belanjaan itu, seharga hampir EUR 20, yang pernah 'ku bawa berak di stasiun, seingatku hanya sekali itu dipakai belanja. Sisanya aku belanja entah di Molenwijk atau di Mosveld naik sepeda vanmoof putih berkantung, atau bahkan berjalan kaki saja sejak NDSM ada Albert Heijn-nya. Pengalamanku sekali belanja di Jumbo Spaarndammerstraat dilanjut beli kibbeling entah di mana sungguh buruknya, sampai aku tak ingin mengulanginya lagi, seperti kebodohan membawa berjalan-jalan seekor anjing sok keren di samping Masjid UI, buat apa punya anjing bikin repot.

Hidupku sejauh ini memang keren. Apa pantas ingin lebih keren lagi. Apa tak pantas doa seorang ibu di pusara Bung Karno sana. Apa tak pantas keinginan seorang bapak sebelum meninggalnya. Apa tak boleh Bazz Beto mampir di d'Terras RHS entah membeli apa, sedang aku harus menahan diri dari perkopian dalam bentuk apapun entah sampai kapan. Bazz Beto menunggu pesanannya sambil nangkring di kursi tinggi menghadap mesjid. Apakah pernah terpikir olehnya ketika dia masih seorang sniper dengan John Gunadi sebagai spotter-nya, dari hampir 15 tahun yang lalu.

No comments: