Ini tandanya aku harus banyak diam. Apa lagi yang dapat kulakukan? Berbicara terlalu bersemangat ditambah makan yang terlalu bersemangat juga menyakiti lambungku. Sakitnya pun naudzubillah luar binasa tidak nyaman, memalukan pula. Terlebih bahaya lagi, terlebih penting lagi, apa yang kukatakan sebagian besar—jika bukan hampir semua—tidak kujalankan sendiri. I don’t walk my own talk! Ini adalah suatu tanda kecemenan yang teramat parrahnya. Apa jadinya kalau aku sampai bertemu Animal Mother dan Joker. Bahkan Cowboy pun kurasa akan marah padaku.
Sore ini Togar mengucapkan selamat hari Valentine padaku. Ia tidak minta Silverqueen padaku, apalagi kondom; mungkin karena coklat belum terbukti sebagai afrodisiak. Lagipula, Mas Toni sudah mengingatkan pakai kondom belum tentu aman, makanya jangan jajan. Togar, katanya, merayakan Valentine dengan cara membaca-baca entri Kemacangondrongan yang mengenai cinta. Ia pun memintaku menulis lagi. Sebenarnya aku agak tersipu ketika Togar mengatakan secara tersirat bahwa aku sok nyastra. Bukan, bukan karena aku merasa nyastra gak pake sok, melainkan karena aku... puitis, prosais, lirikis.
Hari Kasih Sayang ini seharusnya kurayakan di Kodamar dengan acara bersih-bersih bekas banjir. Namun, Cantik melarangku. Ia tidak mau aku terlalu capek lalu sakit. Aku sangat ingin pergi, meski kuakui juga aku takut sakit. Pagi tadi, sebelum pergi, kami sarapan dulu Bubur Ayam Kabita. Jadilah aku tidak pergi. Aku hanya mengantarkan Cantik sampai Kowanbisata 511 sambil bersimbah air mata, padahal Simbah sendiri tidak menangis. Aku pulang dan meneruskan opor tahu telurku. Togar minta bagi. Daripada minta lebih baik kuberitahu cara buatnya, 'Gar.
Belilah tahu matang sekantong dan tahu cina kecil sekantong. Cuci bersih masing-masingnya, sisihkan. Rebuslah telur agak enam buah. Jika rajin, gunakanlah teknik menggoreng dengan air atau poaching. Tumislah bumbu opor instan sampai harum, tambahkan sedikit air. Masukkan tahu dan telur, tambahkan air sampai semuanya terendam. Kecilkan api, diamkan sampai air berkurang. Jika telur dan tahu cina sudah kelihatan kekuningan karena menyerap bumbu opor, tambahkan santan instan sesuai selera. Tambahkan juga garam sesuai selera. Jangan pakai bumbu masak lagi karena biasanya sudah terkandung dalam bumbu instan.
Inilah Hari Valentine yang sempurna. Sendirian saja di rumah bersama satu wajan penuh opor tahu telur. Setelah mencicipi dan ternyata memang endang bambang, maka segera belanja kabel dan kelengkapannya untuk membuat lampu kanopi. Sempat sedih karena tibang masang kabel aja rasanya capek bukan main, akan tetapi ternyata tidak seburuk yang kukira. Sambil menunggu Pak Majid pasang kabel otomatis pompa, ternyata aku santai duduk di pinggir hutan bambu sambil lihat-lihat medsos. Nyamuk bambu mengerubung pun tidak menjadi masalah buatku.
Kasih sayang memang tidak selamanya harus dinyatakan dalam wujud keju kambiang. Meski ia surealis seperti mimpi, begitulah ia selalu. Seperti dermaga dingin dan bangku kayu yang diliputi bau pesing, bau kencing basi pemabuk. Itulah surealisme kasih sayang yang tidak akan pernah kupahami meski sampai kapanpun. Hanya harapan baik yang dapat dibubungkan, meski tanpa asap dupa asap setanggi. Ketakutan menjadi kenyataan dan kesenduan tiada bertepi, akan dermaga dingin yang surealis itu. Kuulang-ulang kata itu meski rasa bersalah tak kunjung mau pergi.
Selamat Hari Kasih Sayang, Kambiang. Selamat Tinggal.
No comments:
Post a Comment