Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan
Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah
Tuhan seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada
junjungan kami Baginda Nabi Besar Muhammad SAW berserta keluarganya, para
sahabatnya, para pengikutnya semua sampai di akhir jaman. Aamiin.
Agar suasana hati sesuai, mungkin memang harius dibiasakan
dulu dengan menulisi Kemacangondrongan. (Halah!) Siang ini, di hari wisudanya kebanyakan
anak bocah 2011, aku menjadi Mas Jo. Hahaha. Iya, aku menjadi Mas Jo karena aku
mengetik di depan ex-markas BPM. Memang yang paling sulit dari tidak punya meja
sendiri adalah tidak punya akses internet kabel. Lalu internet gunanya buat
apa? Aku juga tidak yakin. Apakah program-program di dalam Asus Transformer ini
harus dimutakhirkan benar? Aku juga tidak yakin.
Meski ini gambar Kapal Borobudur, sebenarnya sih biar cepat saja. Dari Bismillah Kasal. |
Akhirnya, akses internet ini memang hanya berguna untuk
memutakhirkan Kemacangondrongan dengan entri yang kuharapkan dapat memicu
suasana hati yang pas untuk segera menulis. “Kamu belum terima dari Jeprut?” tanya
Cantik tadi begitu saja. Berarti… aku harus menulis. Oh, dengan kincir-kincir angin
di hatiku, dengan kisah cintaku, aku tidak bisa lain kecuali menulis. Hanya itu
pun yang aku bisa. Belum pernah, seingatku, dalam hidupku aku menadahkan tangan
tanpa berusaha barang sesuatu apa terlebih dahulu. Ini lebih karena kata yang
telah terucap.
Lagipula, perancang Transformer ini sepertinya tidak pernah
menggunakan mesin tik. Memang sih, dulu di mesin tik ada juga standar untuk
menegakkan kertas. Akan tetapi, kertas yang terlentang di atas penggulung ‘kan
posisinya cenderung tidur, tidak tegak hampir sembilan puluh derajat begini.
Ya, itulah kekurangan terbesar Si Peubah ini. Mengetik satu dua halaman mungkin
tidak terasa. Jika harus mengetik ratusan halaman, kurasa akan terasa juga
akibatnya pada tengkuk dan pundak. Mungkin, Transformer ini memang tidak
dirancang untuk digunakan berlama-lama.
Berarti Asus X450C tidak boleh dijual. Berarti akan ada sumber
rejeki dari tempat lain. Berarti aku akan dikaruniai kesehatan yang baik.
Aamiin. Di hari wisuda kebanyakan anak bocah 2011 ini, di hari baik bulan baik
ini, bahkan kapan pun, aku selalu berprasangka baik pada Tuanku. Kepada sesama
manusia saja aku selalu berprasangka baik. Mengapa pula aku tidak berprasangka
baik pada Tuanku Maha Baik? Lagipula, Si X450C itu masih kurang dua kali lagi
cicilannya, bulan ini dan bulan berikutnya. Alhamdulillah.
Barusan bertemu Bobby Marbun dan Putu Daivi, dan Bobby
berminat pada Institut Pancasila yang tidak menghasilkan uang itu. Seandainya
saja aku mampu menjadi Carl dan Takwa Frednya, itu… angan-angan yang terlampau
jauh. Das Sikumbang sudah dua kali menyindir, “sudah saatnya.” Aku bisa apa?
Aku cuma bisa berkhayal aku Carl sedangkan Takwa Fred. Tidak ada jaminan pula
Takwa akan kehilangan kesabarannya padaku, atau kehilangan minatnya pada apa
yang sekarang menjadi minat bersama ini. Ahaha, itu sih aku banget, Bahkan Su
Suk aja tahu.
Lalu aku sesumbar pada Bobby. Beri aku waktu sampai
September tahun depan dan mari kita lihat apa yang terjadi. Edan. Sok-sokan.
Gaya-gaya’an. Sementara itu, aku harus segera menghasilkan Seri Sejarah Maritim
Indonesia, yang aku anggap sepele pengerjaannya, namun kenyataannya sampai
detik ini belum bertambah sepatah kata pun. Mengapa aku merasa sangat
berkewajiban? Apa karena janjiku? Sejujurnya, tidak terlalu. Ini lebih karena
Cantik. Segala sesuatu selalu mengenainya. Sudah lima tahun lebih ini, hidupkan
selalu saja hanya mengenainya.
No comments:
Post a Comment