Duaribu Duabelas mungkin sudah mengungguli semua saja tahun-tahun di Kemacangondrongan, tetapi Oktober 2012 jelas belum mengungguli Oktober 2007 dengan 12 entrinya; apalagi Juni 2006 dengan 17 entri! Apa sih rahasianya sehingga aku bisa sebegitu produktifnya menulisi Kemacangondrongan pada waktu-waktu itu? Mari kita coba ingat-ingat... Oktober 2007 adalah waktu untukku menyelesaikan skripsi, tetapi aku justru menulis entri-entri. Waktu itu bertepatan dengan Ramadhan. Waktu itu bertepatan pula dengan hari-hari bersama Sopiwan dan perjuangannya menjadi pegawai BHMN UI. Sungguh menjijikkan apa yang dilakukannya pada waktu itu, sampai-sampai aku harus mengompensasinya dengan menulis banyak-banyak entri. Nah, inilah kesamaannya dengan apa yang kurasakan kini, maka banyak sekali entri kutulis; Begitu juga dengan Juni 2006 yang kurasa paling menjijikkan itu!
Piercing Playboy with Foreign Investment. Adakah yang bisa lebih menjijikkan dari itu? Biar kuingat-ingat... tentunya ada. Sungguh banyak sekali hal-ihwal menjijikkan yang pernah kutulis dalam hidupku, dan itu membuatku sakit lahir-batin. Inilah saranaku, wahanaku untuk mengurangi rasa sakit itu, karena untuk menghilangkan sama-sekali hanya mungkin dengan menghentikannya pula sama-sekali; yang mana tidak mungkin, karena aku sudah berjanji. Janji adalah lagunya Gigi yang kudengarkan bersama STI Sianipar di TPS, sedangkan yang bersama Irfan Kodu adalah Impian dari Power Slaves. Oh betapa enaknya menulis seperti orang gila, seperti Mas Tony Blank. Kenapa semua harus logis? Kenapa semua harus sistematis? Kenapa? Siapa yang bilang harus begitu? Gila adalah suatu keputusan, dan aku pernah memutuskan untuk tidak gila; meski gila terasa sungguh menyenangkan. Because pleasure is sin, while pain is virtue.
Aku sedang mengawas ujian tengah semester Hukum Lingkungan di KKI. Ini Angkatan Kedua. Entah mengapa, mungkin karena yang paling sedikit, dari tiga angkatan KKI yang sudah ada, aku merasa paling dekat dengan mereka ini. Aku bisa mengabsen mereka tanpa memanggil nama-nama mereka. Ya, mungkin harus kuakui, ini adalah salah satu kelas yang membuatku paling kerasan, meski aku selalu merasa baik-baik saja di kelas manapun yang kuajar sekarang. Ah, tidak juga. Aku tidak kerasan mengajar. Aku bukan pengajar, setidaknya, aku tidak mau. Aku ingin jadi ilmuwan. Hah! Ilmuwan... Apa itu?! Bagaimana kalau jadi politisi saja? Bagaimana kalau Gerindra? Atau PDI-P? ...atau PKS? Tidak. Belum. Ini adalah waktunya, sebagaimana lima tahun yang lalu. Lima tahun yang lalu, seperti ini jugalah. Insya Allah, selambat-lambatnya begitu Oktober berlalu, begitu hujan mulai rutin membahasi Depok, kuulangi lagi rutin lima tahunku yang lalu. Insya Allah. Siapa tahu, inilah saatnya doaku pada 15 Agustus 2009 itu dikabulkan. Amin.
No comments:
Post a Comment