Kala 'ku s'orang diri, hanya berteman sapi dan angin molen. Aku sampai hari ini tidak pernah suka pisang molen, pisang yang dililit dengan adonan lalu digoreng itu. Namun lebih tidak mungkin lagi yang 'ku maksud adalah molen pengaduk beton itu. Jadi kemungkinan besar memang pisang molen. 'Ku coba merenungi Tatang jalan hidupku. Tatang bagaimanapun masih tetap nama yang terdengar lucu olehku, semacam Utuy Tatang Sontani begitu. Entah mengapa, tadi sambil menjaga gas konstan terbuka, menghemat pertalite yang tinggal dua strip lewat bersama Poppy Mercury.
Kembali lagi mencoba mengitiki dalam keadaan yang jauh dari ideal. Ini bukti bahwa entri sangat luwes dan kenyal. Ia tidak mensyaratkan situasi dan kondisi yang paling ideal seperti buku teks dan sebangsanya. Ia masih jauh lebih unggul dari model bahasa besar apapun, karena dengan yang belakangan ini aku masih terpaksa berpikir. Entri tidak memaksaku berpikir atau setidaknya tidak terlalu. Di titik ini sudah mulai terasa betapa sulit untuk meneruskan. Tidak karena berpikir, tetapi lebih karena situasi, kondisi, toleransi, pendekatan, dan dekadensi semakin tidak ideal.
Sejujurnya, aku tidak ingat siapa nama komandannya, apa pangkatnya. Baru saja mengetahui bahwa ia adalah seorang kolonel bernama O'Nolan, bisa jadi itu adalah satu resimen penuh atau setidaknya batalyon. Selalu 'ku ingat justru Sersan O'Hara dan O'Flanagan yang sekarang aku lupa mereka selalu bertengkar mengenai apa. Selain itu aku juga mengingat kentang gepeng, tomat gepeng, atau yang seperti itu; dan tentu saja Patronimo. Apakah dukunnya adalah Patrick O'Nolan, aku tidak seberapa ingat. Meski ada atau bisa diusahakan, seperti hakikat takwa, baikan tidak.
Dari sini aku terlempar ke kamarku di Uilenstede yang sempit memanjang itu. Apa mejaku masih di dekat jendela atau sudah 'ku pindah ke dekat pintu, aku lupa. Padahal pada saat itu saja aku terlempar ke pavilyun Yado 2 E4, gara-gara salah ingat aku tak dapat percaya itu benar ternyata kami katakan halo selamat tinggal. Goblog ini memang penuh kenangan akan khayalan-khayalan'ku tak berdaya, yang hanya satu impian semata, khayalanmu hanya Bu [Sri] Susi[-ana Suryandari]. Apa pula yang dapat dikhayalkan dari beliau. Kita semua sendiri dari kecil'ku, 'ngapa 'ngungun.
Kalau sekarang aku satu heli dengan Sersan Worcester dan Frantz, itu karena kami harus keluar dari tempat ini naik kuda-kuda liar. Aku mengenalnya dari Bapak. Di titik ini aku terhenti. Seperti biasa aku tidak sendiri tetapi merasa sendiri. Hanya satu hal yang membuatku merasa tidak sendirian, yakni keberanian yang menginginkan kekayaan ternyata tidak tahan panas hahaha. Memang tidak untuk air panas. Aku tidak peduli. Aku terus mengitiki meski tidak pernah benar-benar suka batu-batu menggelundung, karena ia, seperti segala sesuatu, pasti akan berlalu.
Sesungguhnya aku berkata kepadamu, menghabiskan lima gluntung dimsum terasa berat olehku. Awalnya sudah benar, cuma tiga gluntung. Eh, masih 'ku tambah dua lagi semata karena keisengan. Ini sekarang terasa edan karena di sekatan sebelah ada orang Batak presentasi, dan di sekatan tempatku berada juga sedang presentasi. Ini situasi yang menjengkelkan. Orang mudah saja bicara begini begitu. Aku tidak akan menyuruh mereka menjadi aku. Aku hanya akan berkata, bagiku tidak mudah. Aku bahkan tidak mencoba berdalih membenarkan keadaanku ini.
Sudah sampai paragraf terakhir dan entri ini masih tidak berjudul. Memang ada beberapa entri yang seperti ini. Ada juga yang sudah terpikir judulnya sejak lama, barusan isinya menyusul. Tidak berarti juga dengan ini aku kangen Baton Huda. Mungkin itulah sebabnya dinamakan komando taktis taruna bukan kompi meski terbagi ke dalam peleton-peleton. Tidak ada juga usahaku untuk memastikan mengenai struktur organisasi resimen chandradimuka, seperti bagaimana caranya warangka Kuntawijaya bisa berada dalam tubuh Jabang Tetuka. CN-235 jadi N-250.
Kembali lagi mencoba mengitiki dalam keadaan yang jauh dari ideal. Ini bukti bahwa entri sangat luwes dan kenyal. Ia tidak mensyaratkan situasi dan kondisi yang paling ideal seperti buku teks dan sebangsanya. Ia masih jauh lebih unggul dari model bahasa besar apapun, karena dengan yang belakangan ini aku masih terpaksa berpikir. Entri tidak memaksaku berpikir atau setidaknya tidak terlalu. Di titik ini sudah mulai terasa betapa sulit untuk meneruskan. Tidak karena berpikir, tetapi lebih karena situasi, kondisi, toleransi, pendekatan, dan dekadensi semakin tidak ideal.
Sejujurnya, aku tidak ingat siapa nama komandannya, apa pangkatnya. Baru saja mengetahui bahwa ia adalah seorang kolonel bernama O'Nolan, bisa jadi itu adalah satu resimen penuh atau setidaknya batalyon. Selalu 'ku ingat justru Sersan O'Hara dan O'Flanagan yang sekarang aku lupa mereka selalu bertengkar mengenai apa. Selain itu aku juga mengingat kentang gepeng, tomat gepeng, atau yang seperti itu; dan tentu saja Patronimo. Apakah dukunnya adalah Patrick O'Nolan, aku tidak seberapa ingat. Meski ada atau bisa diusahakan, seperti hakikat takwa, baikan tidak.
Dari sini aku terlempar ke kamarku di Uilenstede yang sempit memanjang itu. Apa mejaku masih di dekat jendela atau sudah 'ku pindah ke dekat pintu, aku lupa. Padahal pada saat itu saja aku terlempar ke pavilyun Yado 2 E4, gara-gara salah ingat aku tak dapat percaya itu benar ternyata kami katakan halo selamat tinggal. Goblog ini memang penuh kenangan akan khayalan-khayalan'ku tak berdaya, yang hanya satu impian semata, khayalanmu hanya Bu [Sri] Susi[-ana Suryandari]. Apa pula yang dapat dikhayalkan dari beliau. Kita semua sendiri dari kecil'ku, 'ngapa 'ngungun.
Kalau sekarang aku satu heli dengan Sersan Worcester dan Frantz, itu karena kami harus keluar dari tempat ini naik kuda-kuda liar. Aku mengenalnya dari Bapak. Di titik ini aku terhenti. Seperti biasa aku tidak sendiri tetapi merasa sendiri. Hanya satu hal yang membuatku merasa tidak sendirian, yakni keberanian yang menginginkan kekayaan ternyata tidak tahan panas hahaha. Memang tidak untuk air panas. Aku tidak peduli. Aku terus mengitiki meski tidak pernah benar-benar suka batu-batu menggelundung, karena ia, seperti segala sesuatu, pasti akan berlalu.
Sesungguhnya aku berkata kepadamu, menghabiskan lima gluntung dimsum terasa berat olehku. Awalnya sudah benar, cuma tiga gluntung. Eh, masih 'ku tambah dua lagi semata karena keisengan. Ini sekarang terasa edan karena di sekatan sebelah ada orang Batak presentasi, dan di sekatan tempatku berada juga sedang presentasi. Ini situasi yang menjengkelkan. Orang mudah saja bicara begini begitu. Aku tidak akan menyuruh mereka menjadi aku. Aku hanya akan berkata, bagiku tidak mudah. Aku bahkan tidak mencoba berdalih membenarkan keadaanku ini.
Sudah sampai paragraf terakhir dan entri ini masih tidak berjudul. Memang ada beberapa entri yang seperti ini. Ada juga yang sudah terpikir judulnya sejak lama, barusan isinya menyusul. Tidak berarti juga dengan ini aku kangen Baton Huda. Mungkin itulah sebabnya dinamakan komando taktis taruna bukan kompi meski terbagi ke dalam peleton-peleton. Tidak ada juga usahaku untuk memastikan mengenai struktur organisasi resimen chandradimuka, seperti bagaimana caranya warangka Kuntawijaya bisa berada dalam tubuh Jabang Tetuka. CN-235 jadi N-250.