Aku benar-benar marah kepada Telkomsel Fles. Bukan sekadar karena aku harus mengubah kebiasaanku menulis blog, melainkan karena kebodohannya yang kecepatan penuh. Seandainya aku lebih muda agak sepuluh atau limabelas tahun dari ini, mungkin aku akan tertawa terbahak-bahak karena kebodohannya yang pol ini. Namun kini aku sudah tua. Bukan waktunya lagi untuk menertawakan kebodohan, karena kebodohan adalah sesuatu yang mengerikan. Salah-salah, kebodohan dapat mengantar seseorang ke dalam Api. Aku berlindung padaNya dari yang seperti itu. Sungguh!
Sungguh? Lalu kau merasa lebih baik dari Bang Cepi sedangkan engkau membuat komentar cabul di dindingnya? Ini adalah suatu kebodohan yang mengerikan. Bagaimana aku dapat menghindar darinya, dari kebodohan berkecepatan penuh ini? Bahkan ketika aku menulis ini, terasa benar betapa kebodohan itu hinggap lekat pada benak tololku. Terasa benar betapa sebenarnya ketololanku tertawa-tawa riang kegirangan. Hokay. Hidup bagaimanapun memang selalu penuh dengan kejutan-kejutan menikung, tikungan-tikungan mengejut. Aku hanya harus menyesuaikan.
Ini bahkan aku ditemani Kahoru Kohiruimaki. Halah, payah ‘kali pun mengingat nama ini. Pagi ini, sambil menyarap Mie Ayam Donoloyo, aku berkhayal-khayal mengenai pagi-pagi yang tidak puasa. Pagi-pagi tidak puasa begini nikmatnya diteruskan dengan sedikit risoles dan teh melati seraya mengetik-ngetik. Hwarakadah, begitu mau buka blog koq ga bisa. Sontoloyo! Lebih mengerikan lagi, kesontoloyoan itu berlanjut! Astaghfirullah, sudah loyo begini koq ya masih terus saja sontoloyo. Lalu apa? Menyalahkan blog yang tidak terbuka? Salahmu sendiri!
Nah, ini Insya Allah jawabnya! Kapan? Besok? Ya Allah, hamba mohon kabar baik sore ini. Hamba memohon kepadaMu dengan teramat sangat. Baru seminggu berpisah, kurasa badanku sudah merindukannya. Kehangatannya, kesyahduan dan kesenduannya. Memang begitu seharusnya mencinta. Tidak lagi menjompak-jompak. Ini cinta pensiunan! Pensiun dari apa? Insya Allah dari perbuatan keji, mungkar dan permusuhan! Biarlah disindir Bang Cepi tidak mengapa, jika ini bisa mengantarku ke Taman. Yang mengerikan ‘kan, sudahlah disindir ternyata tidak ke Taman juga.
Asepteven! Ini dia! Kurasa hari ini memang penuh dengan pengejut tikungan. Begitu saja aku bertemu dengan kawan lama dari sekitar entah kapan. Aku seharusnya menduga dari dulu. Model-model melodinya sama. Ternyata ini kerjaannya Tokyo Square. Ini band apa sih? Oh, ternyata band singapur. Pantes! Ternyata Within You’ll Remain yang kukenal pertama berasal dari 1985. Cucok lah, memang sekitar itu. Jiahaha... sudahlah begitu, longplay Tokyo Square ini diselingi iklan Vivo V5s. Apa-apa’an ini? Konspirasi Cina? Hahaha...
Ini Sabtu pagi yang betul-betul aneh. Mana besok Cantik berangkat ke Eropa untuk sepenetasan telur ayam, sedang aku mungkin harus menahankan tukang Pak Insan yang ramah itu. Jika paginya sudah seaneh ini, bagaimana siangnya? Akankah kuhabiskan dengan merapikan kedua gawaiku, Vivo V5s dan Andromax E2? Haruskah kupelihara keduanya, nomornya terutama? Ahaha, ini lagu-lagunya Tokyo Square sumpah nyebelin banget. Rasanya aneh... apalagi dengan badan bau tahi kelinci begini. Apapun itu, Ya Allah, hamba mohon kabar baik.
Benar, Ya Allah Gusti hamba, kabar baik. Meski telah tertepis, tetap saja kabar buruk entah bagaimana bertubi-tubi. Ini mungkin memang sudah bukan waktunya bicara. Ini waktu berbuat. Buktikan semua kata-kata itu dengan perbuatan. Diam dan berbuat. Dimulai dengan menghubungi Prof. Melda Kamil sesegera mungkin. Mungkin karena aku terlalu banyak berolok-olok begini, maka aku tidak kunjung berbuat. Terlebih buruk, aku menasihati Togar. Nasihat itu sebaiknya untukmu, Tolol! Kaulah yang sekarang sedang sangat membutuhkan nasihat seperti itu!
NB. dan kabar baik, sekali lagi, tak kudapatkan
Sungguh? Lalu kau merasa lebih baik dari Bang Cepi sedangkan engkau membuat komentar cabul di dindingnya? Ini adalah suatu kebodohan yang mengerikan. Bagaimana aku dapat menghindar darinya, dari kebodohan berkecepatan penuh ini? Bahkan ketika aku menulis ini, terasa benar betapa kebodohan itu hinggap lekat pada benak tololku. Terasa benar betapa sebenarnya ketololanku tertawa-tawa riang kegirangan. Hokay. Hidup bagaimanapun memang selalu penuh dengan kejutan-kejutan menikung, tikungan-tikungan mengejut. Aku hanya harus menyesuaikan.
Ini bahkan aku ditemani Kahoru Kohiruimaki. Halah, payah ‘kali pun mengingat nama ini. Pagi ini, sambil menyarap Mie Ayam Donoloyo, aku berkhayal-khayal mengenai pagi-pagi yang tidak puasa. Pagi-pagi tidak puasa begini nikmatnya diteruskan dengan sedikit risoles dan teh melati seraya mengetik-ngetik. Hwarakadah, begitu mau buka blog koq ga bisa. Sontoloyo! Lebih mengerikan lagi, kesontoloyoan itu berlanjut! Astaghfirullah, sudah loyo begini koq ya masih terus saja sontoloyo. Lalu apa? Menyalahkan blog yang tidak terbuka? Salahmu sendiri!
Nah, ini Insya Allah jawabnya! Kapan? Besok? Ya Allah, hamba mohon kabar baik sore ini. Hamba memohon kepadaMu dengan teramat sangat. Baru seminggu berpisah, kurasa badanku sudah merindukannya. Kehangatannya, kesyahduan dan kesenduannya. Memang begitu seharusnya mencinta. Tidak lagi menjompak-jompak. Ini cinta pensiunan! Pensiun dari apa? Insya Allah dari perbuatan keji, mungkar dan permusuhan! Biarlah disindir Bang Cepi tidak mengapa, jika ini bisa mengantarku ke Taman. Yang mengerikan ‘kan, sudahlah disindir ternyata tidak ke Taman juga.
Asepteven! Ini dia! Kurasa hari ini memang penuh dengan pengejut tikungan. Begitu saja aku bertemu dengan kawan lama dari sekitar entah kapan. Aku seharusnya menduga dari dulu. Model-model melodinya sama. Ternyata ini kerjaannya Tokyo Square. Ini band apa sih? Oh, ternyata band singapur. Pantes! Ternyata Within You’ll Remain yang kukenal pertama berasal dari 1985. Cucok lah, memang sekitar itu. Jiahaha... sudahlah begitu, longplay Tokyo Square ini diselingi iklan Vivo V5s. Apa-apa’an ini? Konspirasi Cina? Hahaha...
Ini Sabtu pagi yang betul-betul aneh. Mana besok Cantik berangkat ke Eropa untuk sepenetasan telur ayam, sedang aku mungkin harus menahankan tukang Pak Insan yang ramah itu. Jika paginya sudah seaneh ini, bagaimana siangnya? Akankah kuhabiskan dengan merapikan kedua gawaiku, Vivo V5s dan Andromax E2? Haruskah kupelihara keduanya, nomornya terutama? Ahaha, ini lagu-lagunya Tokyo Square sumpah nyebelin banget. Rasanya aneh... apalagi dengan badan bau tahi kelinci begini. Apapun itu, Ya Allah, hamba mohon kabar baik.
Benar, Ya Allah Gusti hamba, kabar baik. Meski telah tertepis, tetap saja kabar buruk entah bagaimana bertubi-tubi. Ini mungkin memang sudah bukan waktunya bicara. Ini waktu berbuat. Buktikan semua kata-kata itu dengan perbuatan. Diam dan berbuat. Dimulai dengan menghubungi Prof. Melda Kamil sesegera mungkin. Mungkin karena aku terlalu banyak berolok-olok begini, maka aku tidak kunjung berbuat. Terlebih buruk, aku menasihati Togar. Nasihat itu sebaiknya untukmu, Tolol! Kaulah yang sekarang sedang sangat membutuhkan nasihat seperti itu!
NB. dan kabar baik, sekali lagi, tak kudapatkan
No comments:
Post a Comment