Sedang ditemani oleh dalamnya samudera, hatiku terasa penuh cinta pagi ini. Namun bukan cintaku sendiri. Ini mengenai Rencana Tata Hati dan Wilayah Rumah Tangga (RTHWRT)-nya Efraim. Hati. Rumah Tangga. Usia awal duapuluhan. Aah. Seandainya kau tahu apa itu usia awal duapuluhan. Salah. Seandainya AKU tahu apa itu usia awal duapuluhan. Kuharap kau tidak setolol aku 'Im di usia awal duapuluhan. Setidaknya jagalah kesehatanmu dengan sebaik-baiknya mulai dari sekarang, agar hati dan rumah tanggamu nyaman sampai akhir nanti. Selain itu, jadilah orang baik lahir batin. Jagalah kesehatan badan dan jiwamu. Itulah setidaknya hal-hal yang tidak kulakukan ketika masih berusia awal duapuluhan.
Hahaha... dan tampangmu entah bagaimana caranya ada mirip-miripnya dengan Bella Nathania. Heh, ini pujian untukmu... tapi cercaan untuk Bella hahaha. Tentu saja jauh lebih cantik Bella, cuma tolong katakan padanya 'Im. Jangan terlalu kurus 'lah. Aku suka melihat pipinya ketika lebih berisi. Lebih cantik begitu. Setuju 'gak 'Im? Pagi ini entah mengapa aku berkhayal-khayal seandainya Bella melahirkan anak-anakmu. Seperti apa mereka jadinya? Sudah barang tentu mereka akan menjadi anak-anak yang cerdas, tapi apakah mereka akan menjadi anak-anak yang berbudi? Semua itu tergantung bagaimana orangtuanya mendidik diri sendiri dari sekarang. Lho koq orangtuanya? Ya, benar. Itu juga yang tidak kulakukan dulu.
Dengan kalian berdua, mungkin aku tidak akan terlalu khawatir akan Indonesia. Indonesia Insya Allah akan baik-baik saja jika diteruskan oleh anak-anak yang lahir sebagai buah cinta pemuda-pemudi Indonesia seperti kalian. Di rumahku sini, tetangga-tetanggaku bertekad mencetak generasi penerus yang Qurani, dan Insya Allah kelihatannya mereka akan berhasil. Seandainya apa yang mereka lakukan ini dapat diekstrapolasi ke lingkup yang lebih luas. Ya, karena mendidik anak adalah tugas ideologis, jika bukan kewajiban ilahi. Dunia menjadi tempat yang lebih baik atau lebih buruk tergantung sebagian terbesarnya pada bagaimana hal ini dilakukan. Inilah, mendidik anakku sendiri, yang tidak pernah kurasakan.
Lantas, masalah uang. Uang, sialnya, sangat sentral. Terhadapnya, meski begitu, kau tidak perlu terlalu benci, namun juga jangan terlalu suka. Kau pasti pernah dengar bahwa hidup yang paling enak itu adalah hidup pas-pasan. Pas butuh rumah, pas ada uangnya. Pas butuh kendaraan, pas ada uangnya, begitu seterusnya. Tidak usah sok-sokan memiskinkan diri, apalagi sampai ajak-ajak Bella dan anak-anaknya. Namun jangan juga berusaha mati-matian agar kaya. Tidakkah kau sadar, meminta kaya berarti meminta dirimu dicoba, diuji bahkan diazab? Khususnya untuk masalah ini, lagu lamanya Vetty Vera sudah betul: Sedang-sedang Saja. Aku pernah sok benci uang dan sok memiskinkan diri dan keluarga. Ini salah!
Lantas harus bagaimana? 'Im, aku yakin orang-orang seperti kau dan Bella tidak sulit mencapai berbagai kesuksesan atau prestasi, apakah itu karir dalam pekerjaan, beasiswa, gelar akademik dan semacamnya. Tentu saja kau harus mengusahakannya sekuat tenaga, namun ingatlah, renungkanlah. Apa niatmu dalam melakukan semua itu? Untuk kehebatanmu sendiri? Pujian orang? Uang? Jangan 'Im. Aku titip satu hal. Lakukan, dan niatkanlah itu untuk menolong saudara-saudara sebangsa setanah air yang hidupnya kurang beruntung. Untuk merekalah sesungguhnya Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diproklamasikan. Kau sudah merdeka, bagaimana dengan mereka? Berlakulah seperti anak sulung pada mereka, entaskan mereka dari kesulitan hidupnya.
Akhirnya, dan yang terpenting, taatlah beragama. Inilah yang akan menolongmu dalam apapun. Salah satu bagian terpenting dalam beragama adalah menerima dengan lapang dada dan besar hati apapun yang ditentukanNya untukmu. Jika kau melakukannya dengan benar, maka kau akan tahu bahwa apapun yang sampai ke tanganmu bukan milikmu ketika masih ada orang yang datang padamu dalam keadaan kekurangan. Jika kau pun melakukan ini dengan benar, maka kau akan tahu bahwa sebagian besar isi kepalamu memang sudah sepatutnya dilupakan, karena pada dasarnya, seperti dalam Yesaya 6:8, Tuhan bertanya: "Siapa yang akan Kuutus? Siapa yang akan pergi untukKu?" Siapkan selalu dirimu untuk mengacungkan tangan dan berkata: "Inilah aku. Utuslah aku."
Begitu, 'Im. Kalau ternyata Bella tidak mau jadi Ibu dari anak-anakmu, ya tidak apa-apa juga 'kan? Tetap saja kita doakan agar suatu saat nanti kelak di kemudian hari Bella akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Tetaplah kalian siapkan sebaik-baiknya generasi penerus Bangsa Indonesia, generasi penerus umat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang seharusnya mulia dan dimuliakan. Dan ini kalian lakukan dari SEKARANG juga. Usahakan sebaik mungkin agar segala ketololan masa muda tidak menjerat apalagi sampai membelenggu kalian. Jika itu sampai terjadi, hanya penyesalan yang akan menghantui sisa hidup kalian. Semoga Tuhan menjauhkan yang seperti itu dari kalian, karena untukku, aku hanya bisa menyesalinya kini.
Hahaha... dan tampangmu entah bagaimana caranya ada mirip-miripnya dengan Bella Nathania. Heh, ini pujian untukmu... tapi cercaan untuk Bella hahaha. Tentu saja jauh lebih cantik Bella, cuma tolong katakan padanya 'Im. Jangan terlalu kurus 'lah. Aku suka melihat pipinya ketika lebih berisi. Lebih cantik begitu. Setuju 'gak 'Im? Pagi ini entah mengapa aku berkhayal-khayal seandainya Bella melahirkan anak-anakmu. Seperti apa mereka jadinya? Sudah barang tentu mereka akan menjadi anak-anak yang cerdas, tapi apakah mereka akan menjadi anak-anak yang berbudi? Semua itu tergantung bagaimana orangtuanya mendidik diri sendiri dari sekarang. Lho koq orangtuanya? Ya, benar. Itu juga yang tidak kulakukan dulu.
Dengan kalian berdua, mungkin aku tidak akan terlalu khawatir akan Indonesia. Indonesia Insya Allah akan baik-baik saja jika diteruskan oleh anak-anak yang lahir sebagai buah cinta pemuda-pemudi Indonesia seperti kalian. Di rumahku sini, tetangga-tetanggaku bertekad mencetak generasi penerus yang Qurani, dan Insya Allah kelihatannya mereka akan berhasil. Seandainya apa yang mereka lakukan ini dapat diekstrapolasi ke lingkup yang lebih luas. Ya, karena mendidik anak adalah tugas ideologis, jika bukan kewajiban ilahi. Dunia menjadi tempat yang lebih baik atau lebih buruk tergantung sebagian terbesarnya pada bagaimana hal ini dilakukan. Inilah, mendidik anakku sendiri, yang tidak pernah kurasakan.
Lantas, masalah uang. Uang, sialnya, sangat sentral. Terhadapnya, meski begitu, kau tidak perlu terlalu benci, namun juga jangan terlalu suka. Kau pasti pernah dengar bahwa hidup yang paling enak itu adalah hidup pas-pasan. Pas butuh rumah, pas ada uangnya. Pas butuh kendaraan, pas ada uangnya, begitu seterusnya. Tidak usah sok-sokan memiskinkan diri, apalagi sampai ajak-ajak Bella dan anak-anaknya. Namun jangan juga berusaha mati-matian agar kaya. Tidakkah kau sadar, meminta kaya berarti meminta dirimu dicoba, diuji bahkan diazab? Khususnya untuk masalah ini, lagu lamanya Vetty Vera sudah betul: Sedang-sedang Saja. Aku pernah sok benci uang dan sok memiskinkan diri dan keluarga. Ini salah!
Lantas harus bagaimana? 'Im, aku yakin orang-orang seperti kau dan Bella tidak sulit mencapai berbagai kesuksesan atau prestasi, apakah itu karir dalam pekerjaan, beasiswa, gelar akademik dan semacamnya. Tentu saja kau harus mengusahakannya sekuat tenaga, namun ingatlah, renungkanlah. Apa niatmu dalam melakukan semua itu? Untuk kehebatanmu sendiri? Pujian orang? Uang? Jangan 'Im. Aku titip satu hal. Lakukan, dan niatkanlah itu untuk menolong saudara-saudara sebangsa setanah air yang hidupnya kurang beruntung. Untuk merekalah sesungguhnya Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diproklamasikan. Kau sudah merdeka, bagaimana dengan mereka? Berlakulah seperti anak sulung pada mereka, entaskan mereka dari kesulitan hidupnya.
Akhirnya, dan yang terpenting, taatlah beragama. Inilah yang akan menolongmu dalam apapun. Salah satu bagian terpenting dalam beragama adalah menerima dengan lapang dada dan besar hati apapun yang ditentukanNya untukmu. Jika kau melakukannya dengan benar, maka kau akan tahu bahwa apapun yang sampai ke tanganmu bukan milikmu ketika masih ada orang yang datang padamu dalam keadaan kekurangan. Jika kau pun melakukan ini dengan benar, maka kau akan tahu bahwa sebagian besar isi kepalamu memang sudah sepatutnya dilupakan, karena pada dasarnya, seperti dalam Yesaya 6:8, Tuhan bertanya: "Siapa yang akan Kuutus? Siapa yang akan pergi untukKu?" Siapkan selalu dirimu untuk mengacungkan tangan dan berkata: "Inilah aku. Utuslah aku."
Begitu, 'Im. Kalau ternyata Bella tidak mau jadi Ibu dari anak-anakmu, ya tidak apa-apa juga 'kan? Tetap saja kita doakan agar suatu saat nanti kelak di kemudian hari Bella akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Tetaplah kalian siapkan sebaik-baiknya generasi penerus Bangsa Indonesia, generasi penerus umat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang seharusnya mulia dan dimuliakan. Dan ini kalian lakukan dari SEKARANG juga. Usahakan sebaik mungkin agar segala ketololan masa muda tidak menjerat apalagi sampai membelenggu kalian. Jika itu sampai terjadi, hanya penyesalan yang akan menghantui sisa hidup kalian. Semoga Tuhan menjauhkan yang seperti itu dari kalian, karena untukku, aku hanya bisa menyesalinya kini.
No comments:
Post a Comment