Entri ini saya salin, dengan sedikit penyuntingan, dari status fesbuk Mas Ikhsan Abdillah bin R. Sulaksono Talkoeto, saudara sepupu, anak dari kakak Ibu saya.
Menurut kitab suci, pada hakikatnya, dunia itu fatamorgana.
Fatamorgana berarti bukan merupakan Kebenaran hakiki, alias palsu. Dalam
kitab suci pula seringkali diingatkan untuk tidak mencintai dunia
secara berlebihan. Mengapa disebut fatamorgana? Ya itu tadi,
karena bukan Kebenaran. Bagaimana dapat disebut sebagai kebenaran,
karena ternyata dunia itu bukan satu, tapi banyak, Sedangkan Kebenaran
itu satu. Mengapa dunia, sang fatamorgana itu banyak? Karena
dunia itu sebenarnya hanya lautan PERSEPSI. Perhatikan contoh sederhana
berikut.
gambar dari sini |
Bagi Saya, buah Durian itu lezat. Tidak jauh-jauh, menurut adik Saya, buah durian itu tidak enak. Dalam dunia Saya, buah durian itu enak sekali, sedangkan dalam dunia adik Saya tidak demikianlah halnya. Ada lagi pendapat orang asing bahwa rasa durian itu perpaduan antara aroma sedap dan bau comberan. Tahukah Anda bahwa durian yang dimaksud adalah sama, rasanya sama, bentuknya sama, warnanya sama, tetapi mengapa jadi berbeda? Ya itu tadi, PERSEPSI. Jadi bahwa durian itu enak bukan suatu kebenaran, itu adalah PERSEPSI belaka. Kebenarannya durian adalah durian apa adanya, yang bebas dari PERSEPSI, suka atau tidak suka.
Kita masing-masing hidup dalam dunia yang sesuai dengan PERSEPSI
kita, jika ada 1 milyar manusia maka, ada 1 milyar dunia yang unik.
Beragam bentuk dunia, tidak heran jika ada dunia yang di dalamnya
penuh dengan intrik, perlombaan, persaingan dan konspirasi, dan dunia
itu nyata bagi sang PERSEPTOR. Semua kejadian dimaknai melalui kacamata
konspirasi, tidak heran pertumpahan darah, peperangan, persaingan,
perebutan adalah keniscayaan dalam dunia yang seperti itu.
Ada
dunia yang temanya ketidakberdayaan. Dalam dunia ini Sang PERSEPTOR
memposisikan dirinya sebagai korban, terombang-ambing oleh nasib, korban
imperialis, korban kapitalis, korban putus cinta, korban rasisme,
korban ini dan itu. Dunia tidak adil dalam kacamatanya. Sang PERSEPTOR
merasa jadi korban nasib, tidak berdaya, dan biasanya ia akan mengeluh,
mengritik, curiga, dan skeptis.
Dan masing-masing sibuk menyatakan
bahwa dunianyalah yang paling benar. Tidak salah juga; memang dalam
kenyataan dunianya, itulah yang dia alami, dia rasakan. Masalahnya
adalah ketika Ia mencoba memaksakan kebenaran dunianya kepada orang
lain yang dunianya berbeda, di sinilah konflik itu terjadi, wong
kenyataan menurut yang satu berbeda kok, bagaimana mungkin Ia mengamini.
Ada juga dunia yang penuh cahaya, Sang PERSEPTOR Memaknai dunianya
sebagai sesuatu anugrah. Di sini hanya rasa syukur yang ada, semua
kejadian adalah pelajaran, di mana buahnya adalah hikmah. Dia tahu semua
bagian diadakan untuk satu tujuan, segala sesuatu diciptakan dengan
tujuan; tidak ada yang sia-sia. Di sini ia banyak memetik buah yang
ranum. Di sini Ia tahu bahwa dunia hanya permainan PERSEPSI belaka, Ia
tahu bahwa lautan PERSEPSI itu hanya seperti kabut, yang mana dengan
eksperimen kecil, dengan mengubah sedikit PERSEPSInya, maka dunianya pun
ikut berubah. Dalam dunia ini, sekali lagi, hanya ada rasa takjub dan
syukur.
Dari mana datangnya PERSEPSI? Ya dari pembelajaran,
pengalaman hidup, pengaruh lingkungan yang pernah kita alami dalam hidup
kita. Bahkan bisa juga dari hal yang tidak pernah kita alami tapi kita
akui kebenarannya, karena informasi tersebut datangnya dari sumber yang
kita anggap valid. Jadi PERSEPSI kita juga bisa tumbuh dari KATANYA.
Sifatnya PERSEPSI itu tidak kekal, ia bisa berubah, bertumbuh, tetapi
bisa juga mengeras. Semakin keras maka semakin sulit berubah, membatu
menjadi ego. Akan tetapi yang namanya fatamorgana, sekeras apapun
hakikatnya hanyalah debu. Sekeras apapun batu, lama-lama terkikis juga oleh
air.
Cinta dunia berarti cinta terhadap PERSEPSI, yang mana
persepsi-persepsi tersebut merupakan bahan pembentuk ego kita. Jadi, berkenaan dengan ungkapan
"cinta dunia membuat takut mati," pertanyaannya, siapakah yang takut mati
itu?
Komentar saya: Durian-durian jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Komentar saya: Durian-durian jatuh tidak jauh dari pohonnya.
No comments:
Post a Comment