Dear Diary.
Hari ini suasana hatiku tidak menyenangkan. Entah kenapa. Aku tidak senang dengan keadaanku sekarang. Aku ingin seperti mereka. Mereka berbahagia. Mereka pulang kepada keluarganya masing-masing. Mereka punya kehidupan. Aku tidak. Aku malas sekali. Aku tidak ingin mengerjakan apa-apa. Aku hanya ingin mencurahkan perasaan hatiku padamu, Diary-ku. Hanya kamu yang mengerti perasaanku ini. Yang lain tidak peduli. Yang lain tidak mau tahu. Aku hanya ingin berbahagia seperti mereka. Aku ingin punya kehidupan. Aku ingin hidup normal.
Aku... mungkin gara-gara ini, maka hatiku tidak merasa senang. Segala sesuatunya selalu mengenai aku. Tapi... sebelum ganti topik, aku ingin bercerita tentang lagunya Phil Collins, I can't believe it's true. Lagu ini sepertinya cukup membekas dalam ingatanku. Selalu saja, kalau membekas, itu berarti jaman aku kecil. Lagu ini memang sudah cukup lama, rilis pada 1982. Berarti bahkan jaman di Kemayoran. Tadi aku ingin tahu, apa sih ceritanya lagu ini? Ada yang komentar di Youtube, "That sure is happy music for such sad and angry lyrics!"Kurasa aku setuju padanya. Tidak benar-benar gembira sih, hanya saja memang agak tidak nyambung antara musik dan liriknya, menurutku. Kira-kira cerita apa yang cocok untuk musik seperti ini ya? Apakah mungkin justru tentang jatuh cinta?
Ini di belakang rumah aqyuwh. Tuh ada Grand Lucky-nya.
(Kenapa ada tulisan Ray White Tebet?! Ngepestz!)
(Kenapa ada tulisan Ray White Tebet?! Ngepestz!)
Bicara tentang jatuh cinta... Kembali pada Dear Diary itu tadi... Tadinya aku ingin pura-pura jadi abege. Ternyata aku memang sudah bukan abege lagi. Ada juga anakku sekarang sudah abege. Kemarin ketemu Intan. Ada Cik Wen juga di situ. Aku tanya pada Intan, lahir tahun berapa. 1996 jawabnya. Lebih tua tiga tahun dari anakku. Mereka berdua mirip. Rambutnya yang keriting. Bentuk badannya yang kurus panjang. Warna kulitnya. Abege-nya... I can't believe it's true! Tidak lama lagi, anakku sendiri yang Insya Allah akan duduk di bangku kuliah, seperti anak-anaknya entah siapa ini yang kudongengi setiap minggu. Akankah aku masih hidup ketika itu terjadi? Wallahua'lam. Kalau aku harus jatuh cinta lagi, aku hanya ingin jatuh cinta lagi padaMu. Tidak ada kurasa di dunia ini yang sanggup benar-benar membahagiakanku. Tidak akan ada...
I cannot believe it's true. Dulu aku suka bermain khayal-khayalan bersama Adikku. Kami mendengarkan lagu, lalu kutanyakan padanya, suasana apa yang cocok dengan lagu itu. I can't believe it's true... yang terbayang olehku adalah Jalan Yado II depan rumah, ketika aku SD, mungkin sekitar 1987, Akung sudah seda. Siang hari. Tidak terlalu terik. Sudah lewat tengah hari, bahkan mungkin sudah Ashar. Al-Mukhlisin sudah mengumandangkan adzan Asharnya yang khas itu. Atau mungkin sebelum Ashar. Mungkin aku sedang atau baru saja diutus Ibu ke warung, mungkin warung ting klambruk yang belakangan namanya Ayat itu (kenapa sekarang sudah tidak pernah belanja ke situ ya?) Aku ingat... terakhir aku beberapa kali membeli susu kedelai di situ, beberapa tahun yang lalu...
Besok, Insya Allah, ada kesenangan kecil. Tiga novel bajakanku akan selesai dikerjakan Cano. Arus Balik. Anak Bajang Menggiring Angin. Para Priyayi. Tiga novel bajakan dengan hard cover, untuk sampulnya saja masing-masing seharga Rp 25,000. Mahal. Kamar mandi kering. Ya Allah, akankah dalam hidupku ini aku boleh merasakan punya kamar mandi kering? Dua-duanya bukan punyaku sendiri, tentunya. Aku tidak begitu peduli apakah kamar mandiku kering atau basah. Eh, aku juga tidak tahu apakah Ibu kersa siram pakai shower. Terserah. Pokoknya, ndalemnya Ibu, dan rumah"ku", Insya Allah, harus lux. Dua-duanya bukan punyaku. Aku tidak peduli. Apa lagi yang sanggup membuatku senang? Berita bahwa Allah menyayangiku, itulah yang PASTI membuatku senang. Bagaimana caranya?
Wallahu'alam bissawab.
Shalat Ashar dulu. Sudah hampir jam lima sore...
1 comment:
"Aku ingin seperti mereka. Mereka berbahagia."
I bet that's what everyone is saying about everyone else.
Post a Comment