Masa tidak ada lain yang kauhasilkan kecuali entri-entri tikbergun? Maafkan aku ya HP Stream 8. Insya Allah aku akan segera membuatmu berguna. Insya Allah, setelah backend Revtal bentuknya sudah nyaman bagiku yang obsesif kompulsif ini. Memang untuk sopannya aku harus bertemu dengan Gobang sendiri—jika bukan karena ingin mempertahankan empat juta sebulan hikhikhik. Sementara itu, selamat tinggal John Gunadi dan gerombolannya. Mungkin memang sebaiknya aku tidak perlu berurusan barang suatu apa dengan mereka.
Untunglah pagi ini aku ditemani Maria Elena, yang memang dibuat indah sedap terasa inderaku oleh Sang Perkasa nan Serba Tahu. Apakah seperti kayu manis indah warna kulitnya? Apakah hitam legam seperti arang, seperti gulita malam hitam-hitam matanya? Aku suka begitu, meski lebih baik lagi bila namanya Maria Dolorosa. Begitulah selalu kunamakan kapal-kapalku, dari schooner sampai brigantine sampai frigate, semua Maria Dolorosa—dengan tatapannya yang sayu sendu, seakan hampir menitikkan air mata.
Tidak. Sulit bagiku untuk memulai jika semuanya belum sempurna, belum tepat di tempat masing-masing. Itulah sebabnya aku masih saja menulisi—bahkan hampir-hampir kuminta mengarahkan ke sebuah blog saja dimana penuh kendaliku atasnya. Memang kenyataannya aku sendiri yang bersemangat seperti biasa. Menunggu sampai mereka antusias? Meski mereka tidak kunjung antusias aku akan tetap begini. Itulah sebabnya aku tidak pernah merasa hebat. Apa hebatnya menjadi diri sendiri? Tidak ada pula usahaku yang benar-benar ke arah itu.
Ini, Insya Allah, untuk mengingatkan diriku sendiri. Sudahkah aku hari ini;
Nah, ini baru lucu. Aku mengetik seakan-akan sedang menyalin atau menerjemahkan sesuatu di sebalah kanan kiborku, padahal yang ada di sebelah kanan adalah hasil ketikanku itu sendiri—sedang di hadapanku terhampar rerumputan di siang hari yang berawan dan sumuk ini. Aku baru saja shalat Jumat perdana di Masjid Qoryatussalam nan ramah anak. Mesjid ini baru mengadakan shalat Jumat jika hari libur. Di hari-hari kerja, kebanyakan jamaahnya shalat Jumat di tempat kerja masing-masing.
Meski ramah anak, kurasa sebenarnya aku dapat menahankannya. Masjid sedekat itu dari rumah, hampir tidak pernah aku shalat di situ. Apa ini ada kaitannya dengan berat tubuhku, berat dosaku? ‘Duh, sedangkan aku habis makan telur untuk yang kedua butir hari ini. Di hari Kenaikan Isa al-Masih ini, Tante Lien berkunjung ke rumah kami bersama Ihza dan Afi sekalian mengembalikan KTPku yang kemarin digunakan memperpanjang STNK Honda Beat B 6541 EVC.
Hari ini pula hampir aku lupa mengirim untuk anakku Fathia Rizqi Khairani, anakku satu-satunya yang nyaris tidak pernah kubesarkan sendiri. Baguslah ada Bapak Janus yang menggantikanku melakukannya, hal mana aku berterima kasih. Mungkin kalau ada nasibnya berjumpa, akan kukatakan sendiri kepadanya. Ini gara-gara Ibu dan Gendut baper mengira aku tidak sayang pada anakku sendiri—saking saja aku tidak diberi kesempatan membesarkannya. (sic!) Hah, untuk apa yang begini kutulis di sini.
Untunglah pagi ini aku ditemani Maria Elena, yang memang dibuat indah sedap terasa inderaku oleh Sang Perkasa nan Serba Tahu. Apakah seperti kayu manis indah warna kulitnya? Apakah hitam legam seperti arang, seperti gulita malam hitam-hitam matanya? Aku suka begitu, meski lebih baik lagi bila namanya Maria Dolorosa. Begitulah selalu kunamakan kapal-kapalku, dari schooner sampai brigantine sampai frigate, semua Maria Dolorosa—dengan tatapannya yang sayu sendu, seakan hampir menitikkan air mata.
Tidak. Sulit bagiku untuk memulai jika semuanya belum sempurna, belum tepat di tempat masing-masing. Itulah sebabnya aku masih saja menulisi—bahkan hampir-hampir kuminta mengarahkan ke sebuah blog saja dimana penuh kendaliku atasnya. Memang kenyataannya aku sendiri yang bersemangat seperti biasa. Menunggu sampai mereka antusias? Meski mereka tidak kunjung antusias aku akan tetap begini. Itulah sebabnya aku tidak pernah merasa hebat. Apa hebatnya menjadi diri sendiri? Tidak ada pula usahaku yang benar-benar ke arah itu.
Ini, Insya Allah, untuk mengingatkan diriku sendiri. Sudahkah aku hari ini;
- berlaku jujur,
- bersikap berani,
- bermurah hati,
- bersopan santun,
- bersungguh-sungguh,
- menjaga kehormatan,
- membalas budi,
- berlaku adil?
Nah, ini baru lucu. Aku mengetik seakan-akan sedang menyalin atau menerjemahkan sesuatu di sebalah kanan kiborku, padahal yang ada di sebelah kanan adalah hasil ketikanku itu sendiri—sedang di hadapanku terhampar rerumputan di siang hari yang berawan dan sumuk ini. Aku baru saja shalat Jumat perdana di Masjid Qoryatussalam nan ramah anak. Mesjid ini baru mengadakan shalat Jumat jika hari libur. Di hari-hari kerja, kebanyakan jamaahnya shalat Jumat di tempat kerja masing-masing.
Meski ramah anak, kurasa sebenarnya aku dapat menahankannya. Masjid sedekat itu dari rumah, hampir tidak pernah aku shalat di situ. Apa ini ada kaitannya dengan berat tubuhku, berat dosaku? ‘Duh, sedangkan aku habis makan telur untuk yang kedua butir hari ini. Di hari Kenaikan Isa al-Masih ini, Tante Lien berkunjung ke rumah kami bersama Ihza dan Afi sekalian mengembalikan KTPku yang kemarin digunakan memperpanjang STNK Honda Beat B 6541 EVC.
Hari ini pula hampir aku lupa mengirim untuk anakku Fathia Rizqi Khairani, anakku satu-satunya yang nyaris tidak pernah kubesarkan sendiri. Baguslah ada Bapak Janus yang menggantikanku melakukannya, hal mana aku berterima kasih. Mungkin kalau ada nasibnya berjumpa, akan kukatakan sendiri kepadanya. Ini gara-gara Ibu dan Gendut baper mengira aku tidak sayang pada anakku sendiri—saking saja aku tidak diberi kesempatan membesarkannya. (sic!) Hah, untuk apa yang begini kutulis di sini.
No comments:
Post a Comment