Padahal dua tahun lalu saja tidak palentinan. Padahal hampir selalu tiap tahun tidak palentinan. Lalu mengapa tahun ini harus begitu? Mengapa tahun ini tidak begitu seru? Tidak ada silverqueen berkondom, misalnya. Jawabnya jelas, karena sekarang sedang jaman pilkadal. Betapatah boleh pilkadal mengerukup geletarnya palentinan? Apa karena orang Jakarta sekarang penuh kemarahan dan kehabisan tatih-tayang? Apa iya tinggal Tara Palasara dan Niluh Djelantik?
Hari palentin padahal adalah hari tatih-tayang. Biasanya dirayakan dengan serba merah jambu, yakni, kemerah-merahan dan kejambu-jambuan. Sambil melepas keperawanan maupun keperjakaan, sambil makan berkondomkan coklat. Pantas saja yang seperti ini dikerukup, dikerobongi dengan kondom sekali, karena jelas mungkarnya, jelas bathilnya! Maka dari itu diganti pilkadal, karena pilkadal setidaknya lebih lazim sekarang meski sama dzalimnya. Setidaknya kadal tidak berkondom.
Ada pernah lihat kadal dikerukup, dikerobongi? Jikapun ada, mungkin tidak pakai kurungan ayam, karena mesh-nya terlalu besar-besar. Mungkin cukup dengan tudung saji saja. Jadi pada ketika suatu siang hari yang terik di luar, sejuk di dalam rumah, di meja makan yang lengang ada sebuah tudung saji mengerukup sesuatu. Ketika dibuka dengan pernuh kasih-sayang, dikiranya masakan istri tersayang, tidak tahunya seekor kadal! Coba bayangkan perasaannya. Sekadal ekor, astaga!
Di sinilah persinggungan antara Hari Kasih Sayang (Valentine Day) dengan Pemilihan Kepala Daerah. (Pilkada) Santo Valentinus tersinggung oleh Kadal! Dua-duanya sama-sama mungkar, dua-duanya sama-sama kafir! Berkasih-sayanglah, karena kasih-sayang 'kan tidak selalu harus dengan pasangan tidak sah, pasangan belum atau tidak halal. Kasih-sayang 'kan bisa antara ibu dan anak, antara saudara kandung atau tiri sekali. Ah, betul-betul kata-kata yang payah. (lame)
Kadal-kadal juga bisa berkasih-sayang antara induk dengan anaknya, antara saudara-saudara telurnya. [karena kadal bukan vivipar, melainkan ovipar] Kadal pun bermacam ragam bentuknya, yang paling umum mungkin kadal kebun yang kuning kecoklatan, karena yang kuning coklat muda sampai abu-abu kehitaman di dinding maupun langit-langit itu lebih sering disebut cicak. Apalagi yang kelabu terang sampai gelap bertotol jingga cerah sampai ungu, itu tokek. Semuanya kadal.
Jangan sampai lupa, naga komodo! Bukan komodo-nya ya, karena itu nama pulau. Jadi itu naga yang berada di pulau Komodo, maka naga Komodo. Itu pun kadal. Termasuk biyawak alias nyambik, bukan crocodilia melainkan squamata. Ah, jadi ingat buku kesayanganku dulu. Warna kuning dengan gambar-gambarnya yang cantik, berbagai macam reptil. Buku-buku seperti yang menjadi koleksi Istana Anak-anak Taman Mini Indonesia Indah. Berdebu. Lusuh. Tiada yang melirik.
Ya, seperti itu jugalah aku. Itulah sebabnya jarang sekali ada yang merayakan Hari Kasih Sayang denganku, karena aku lebih sayang pada kadal daripada Ahok apalagi Djarot. Terlebih Anies dan Sandi tiada lebih peduli pula. Hidupku selalu saja kadal, sedikit jangkrik atau orong-orong dan selebihnya rumput yang bergoyang. Sedangkan bagi peraya Hari Kasih Sayang, Ahok Djarot, dan mungkin sedikit Anies Sandi, lebih berarti bagi hari-harinya akhir-akhir ini. 'Udah. 'Gitu aja.
Hari palentin padahal adalah hari tatih-tayang. Biasanya dirayakan dengan serba merah jambu, yakni, kemerah-merahan dan kejambu-jambuan. Sambil melepas keperawanan maupun keperjakaan, sambil makan berkondomkan coklat. Pantas saja yang seperti ini dikerukup, dikerobongi dengan kondom sekali, karena jelas mungkarnya, jelas bathilnya! Maka dari itu diganti pilkadal, karena pilkadal setidaknya lebih lazim sekarang meski sama dzalimnya. Setidaknya kadal tidak berkondom.
Ada pernah lihat kadal dikerukup, dikerobongi? Jikapun ada, mungkin tidak pakai kurungan ayam, karena mesh-nya terlalu besar-besar. Mungkin cukup dengan tudung saji saja. Jadi pada ketika suatu siang hari yang terik di luar, sejuk di dalam rumah, di meja makan yang lengang ada sebuah tudung saji mengerukup sesuatu. Ketika dibuka dengan pernuh kasih-sayang, dikiranya masakan istri tersayang, tidak tahunya seekor kadal! Coba bayangkan perasaannya. Sekadal ekor, astaga!
Di sinilah persinggungan antara Hari Kasih Sayang (Valentine Day) dengan Pemilihan Kepala Daerah. (Pilkada) Santo Valentinus tersinggung oleh Kadal! Dua-duanya sama-sama mungkar, dua-duanya sama-sama kafir! Berkasih-sayanglah, karena kasih-sayang 'kan tidak selalu harus dengan pasangan tidak sah, pasangan belum atau tidak halal. Kasih-sayang 'kan bisa antara ibu dan anak, antara saudara kandung atau tiri sekali. Ah, betul-betul kata-kata yang payah. (lame)
Kadal-kadal juga bisa berkasih-sayang antara induk dengan anaknya, antara saudara-saudara telurnya. [karena kadal bukan vivipar, melainkan ovipar] Kadal pun bermacam ragam bentuknya, yang paling umum mungkin kadal kebun yang kuning kecoklatan, karena yang kuning coklat muda sampai abu-abu kehitaman di dinding maupun langit-langit itu lebih sering disebut cicak. Apalagi yang kelabu terang sampai gelap bertotol jingga cerah sampai ungu, itu tokek. Semuanya kadal.
Jangan sampai lupa, naga komodo! Bukan komodo-nya ya, karena itu nama pulau. Jadi itu naga yang berada di pulau Komodo, maka naga Komodo. Itu pun kadal. Termasuk biyawak alias nyambik, bukan crocodilia melainkan squamata. Ah, jadi ingat buku kesayanganku dulu. Warna kuning dengan gambar-gambarnya yang cantik, berbagai macam reptil. Buku-buku seperti yang menjadi koleksi Istana Anak-anak Taman Mini Indonesia Indah. Berdebu. Lusuh. Tiada yang melirik.
Ya, seperti itu jugalah aku. Itulah sebabnya jarang sekali ada yang merayakan Hari Kasih Sayang denganku, karena aku lebih sayang pada kadal daripada Ahok apalagi Djarot. Terlebih Anies dan Sandi tiada lebih peduli pula. Hidupku selalu saja kadal, sedikit jangkrik atau orong-orong dan selebihnya rumput yang bergoyang. Sedangkan bagi peraya Hari Kasih Sayang, Ahok Djarot, dan mungkin sedikit Anies Sandi, lebih berarti bagi hari-harinya akhir-akhir ini. 'Udah. 'Gitu aja.